eL$4 @ strateg1 khu$u$ … 120913_191214_210416_221117

big-dancing-banana-smiley-emoticon

Jakarta, CNN Indonesia — PT Pertamina Hulu Energi (PHE) dan PT Elnusa Tbk tercantum dalam dokumen Paradise Papers yang dirilis International Consortium of Investigative Journalists (ICJI). Paradise Papers merupakan kumpulan 13,4 juta dokumen yang memuat daftar perusahaan dan orang-orang kaya yang secara ‘diam-diam’ berinvestasi di negara ‘surga pajak’.

Dokumen itu menyebutkan Elnusa terdaftar sejak 2014 silam. Emiten minyak dan gas bumi berkode ELSA tersebut disebut membuat perusahaan cangkang (offshore) di negara surga pajak lewat Elnusa LTD di Singapura, serta Elnusa Bangkanai Energy Limited, dan Elnusa Kangean Resources Ltd di British Virgin Island.

“Harusnya sih tidak ada ya. Saya belum bisa memastikan, tetapi akan saya cek ke bagian legal,” ujar Investor Relation Elnusa Rifqi B Prasetyo kepada CNNIndonesia.com, Selasa (21/11).

Elnusa merupakan perusahaan penyedia jasa energi yang terafiliasi PT Pertamina (Persero) dengan kepemilikan saham sebesar 41 persen. Perusahaan yang bermarkas di Graha Elnusa Jalan TB Simatupang Kavling I B tersebut mencatat laba bersih Rp85,6 miliar atau lima kali lipat dibandingkan perolehan laba bersih semester I 2017.

Dalam keterangan resminya disebutkan bahwa perusahaan mendulang untung lantaran beberapa proyek raksasa yang baru dimulai, antara lain proyek survei seismik darat 3D Papua Barat, proyek survei seismik lepas pantai yang menggunakan kapal seismik ELSA Regent di Laut Andaman Aceh, dan proyek pengeboran sumur eksplorasi di Kalimantan Timur.

Hal serupa juga dilakukan PHE, anak usaha PT Pertamina (Persero). Dalam dokumen Paradise Papers, PHE tercatat memiliki perusahaan offshore melalui Pertamina Hulu Energi Ambalat Ltd dan Pertamina Hulu Energi Bukat Ltd di Bermuda.

PHE yang berkantor di Jalan Letjen TB Simatupang, Jakarta Selatan, dengan alternatif alamat di Gedung Kwarnas Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 6, Jakarta Pusat bergerak dibidang hulu migas. Perusahaan ini mengelola operasional sebanyak 57 anak perusahaan, 8 perusahaan patungan, dan 4 perusahaan afiliasi yang mengelola blok-blok migas di dalam dan luar negeri.

Bahkan, induk PHE juga pernah terseret dalam laporan Panama Papers yang juga dirilis International Consortium of Investigative Journalis (ICIJ) tahun lalu.

Dwi Soetjipto, bos Pertamina kala itu, menampik bahwa perusahaannya dan anak-anak usaha menggunakan jasa firma hukum Mossack Fonseca untuk membuat perusahaan offshore di negara bebas pajak.

Sekadar informasi, sebagian besar data Paradise Papers bersumber dari Appleby, perusahaan hukum yang bermarkas di Bermuda dan Cayman Islands.

Namun, ICIJ menyatakan, terdapat legitimasi terhadap penggunaan jasa perusahaan cangkang offshore dan trust. ICIJ tidak menyatakan dan memberikan sugesti bahwa perusahaan yang tercatat dalam dokumen tersebut melanggar hukum atau bertindak tidak sesuai. (agi)

Emoticons0051

JAKARTA.  Kendati harga minyak dan gas sedikit mengalami perbaikan, kondisi ini belum membuat perusahaan yang bergerak di jasa penunjang bisa bernafas lega. Maklum, banyak Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) menahan kegiatan eksplorasi.

Imbasnya, beberapa perusahaan jasa penunjang migas sedikit seret mendapatkan tender dan kontrak baru tahun ini. Namun, hal tersebut tidak terlalu mengganggu kegiatan operasi PT Elnusa Tbk.  Emiten di Bursa Efek Indonesia berkode ELSA ini mengantisipasi sepinya tender di dalam negeri dengan mengikuti  tender di luar negeri.

Seperti diketahui, anak usaha Pertamina ini sudah pernah melakukan pengerjaan kontrak jasa kontraktor migas untuk mengerjakan proyek-proyek di luar negeri. Seperti India, Aljazair dan Brunei.

Bahkan, pada tahun lalu,  ELSA berpartisipasi mengikuti tender di Myanmar dan Malaysia. Nah, pada tahun ini,  ELSA tak luput melihat peluang tersebut.

Perusahaan ini sudah memiliki rencana bisa mengikuti beberapa tender, khususnya di wilayah regional, seperti Asia Tenggara. “Pasti ada di Asia Tenggara. Kalau negara  sama saja seperti tahun lalu, namanya juga tender, masih berpotensi,” ujar Fajriyah Usman, Sekretaris Perusahaan ELSA kepada KONTAN, Minggu (5/2).

Apalagi, perusahaan ini tengah membidik pertumbuhan pendapatan 10% pada tahun ini. Sambil berharap pada jasa hulu migas dan transportasi sebagai penyokong pertumbuhan. Asumsi tersebut bisa tercapai bila harga minyak mampu stabil di US$ 50 hingga US$ 55 per barel.

Oleh karena itu, kendati di dalam negeri masih sepi tender, Elnusa terus membidik peluang di negeri orang. Sementara di dalam negeri perusahaan ini sudah mendapatkan kontrak baru. Salah satunya dari jasa kapal seismik yang berasal dari PT Pertamina Hulu Energy (PHE).

Dengan kompetensinya dan pernah melakukan pengerjaan di beberapa negara, saat ini ELSA cukup kompetitif bisa mengikuti tender di luar negeri. Otomatis, perusahaan ini tidak lagi tergantung dengan banyak atau tidaknya tender yang tersedia di dalam negeri.

Selain itu, harga yang didapatkan dari proyek di luar negeri sedikit lebih baik dibandingkan dengan tender lokal.  “Kalau tender sesuai dengan spesifikasi pasti kami akan ikut,” lanjutnya.

Tahun ini perusahaan mengalokasikan dana belanja modal atau capex sekitar US$ 60 juta yang digunakan untuk pengembangan bisnis seismik, industri kapal dan flare gas. Selain itu, perusahaan ini juga akan melakukan investasi membeli streamer untuk kapal seismik dengan nilai mencapai US$ 2 juta. Tak lupa, Elnusa banyak melakukan diversifikasi. Salah satunya pembangunan pembangkit listrik flare gas yang sudah berjalan sejak tahun lalu.

Saat ini, mayoritas pendapatan ELSA ditopang jasa logistik migas. Bisnis ini  telah beroperasi di 27 kota di seluruh Indonesia dengan memiliki lebih dari 4.000 armada.  Tahun ini, target jasa logistik migas menyumbang 45% pendapatan Elnusa.

http://industri.kontan.co.id/news/elnusa-rajin-ikut-tender-di-luar-negeri
Sumber : KONTAN.CO.ID

buttrock

perkembangan INVES + TRADING @ 3 warteg saham gw : KBSU, OT B, n OT C @ ELSA, kira2 seperti ini :

per tgl 2 Maret 2015 @ warteg kbsu n ot C sbb:

perb tren ihsg _ pg%gab_tanpaOTB 020315

per tgl 28 Desember 2015 n tgl 20 Januari 2016, kondisi harga saham elsa terhadap rerata harga beli gw (AVG) sbb:

per tgl 8 April 2016, elsa KEMBALI MASUK WARTEG kbsu  tuh :

portofolioALL08042016A

setelah kurang lebe 2 minggu diinves (+ trading, FLDTT tuk tambah UNIT) kembali @ warteg kbsu, maka POTENTIAL GAIN% menjadi sbb:

portofolioALL20042016A

butterfly

174_420@ elsa 200416_awal 2016

Bisnis.com, JAKARTA – Terpuruknya harga minyak mentah dunia hingga level di bawah US$30 per barel membuat kinerja perusahaan minyak dan gas rontok.

Tahun ini, perusahaan jasa minyak dan gas bumi PT Elnusa Tbk. juga berharap dari tuah membaiknya harga emas hitam agar pundi-pundi laba meningkat.

Destya Faishal, analis PT Phillip Securities Indonesia, dalam risetnya menyebutkan pihaknya mempertahankan pandangan negatif terhadap industri minyak dan gas. Hal itu terjadi lantaran melimpahnya pasokan global yang diproyeksikan bakal bertahan tahun ini.

Kegiatan hulu Migas diproyeksi akan diikuti oleh penurunan harga minyak dunia. Pada Januari 2016, jumlah rig total di Indonesia merosot 44% year-on-year dan turun 20% dari bulan sebelumnya.

Proyeksi Pendapatan & Laba Ditingkatkan

Kendati demikian, Phillip Securities menetapkan rekomendasi beli saham ELSA dengan target harga lebih tinggi dari Rp310 per lembar. Dia juga meningkatkan proyeksi pendapatan Elnusa menjadi Rp3,45 triliun dari sebelumnya Rp3,16 triliun.

Perseroan mengumumkan telah mengantongi kontrak baru senilai US$317 juta dari jasa perawatan sumur dan proyek seismik berbanding US$185 juta pada tahun lalu.

“Kami juga merevisi naik proyeksi laba bersih Elnusa tahun ini menjadi Rp406 miliar dari estimasi sebelumnya Rp306 miliar,” tulisnya.

Dia mengatakan, manajemen Elnusa berniat untuk memasuki bisnis listrik bersama induk usaha, PT Pertamina (Persero), melalui pengembangan listrik tenaga gas buang demi diversifikasi bisnis.

Ekspansi itu dilakukan untuk mendukung program pemerintah mendorong peningkatan kapasitas daya listrik.

Perseroan kemudian akan menjual listrik yang diproduksi kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Rencana ekspansi itu juga bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar menjadi 8%-10% tahun ini dari sebelumnya 5% dengan fokus pada jasa pemeliharaan dibandingkan dengan pengeboran baru yang diproyeksi bakal menurun.

Tahun lalu, perseroan membukukan pendapatan Rp3,77 triliun, merosot 10,6% secara tahunan dari 2014 yang mencapai Rp4,22 triliun lantaran rendahnya aktivitas minyak dan gas akibat harga yang terus tertekan.

Namun, perseroan berhasil menekan beban pokok pendapatan 11,7% menjadi Rp3,06 triliun setelah melakukan efisiensi di berbagai lini.

Saat bersamaan, layanan sub kontrak merosot 25% y-o-y dan biaya pembelian terkoreksi sebesar 29% y-o-y yang diakibatkan oleh lebih rendahnya aktivitas Migas. Namun, rendahnya harga minyak membantu penurunan biaya bahan bakar hingga 42% dari 2014.

Harga Minyak Mentah Jadi Tumpuan

Secara terpisah, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, menilai level terendah sudah dicapai oleh harga minyak mentah dunia. Tren penurunan terjadi bukan saat harga mulai membaik, tetapi ketika kondisi diyakini tidak akan lebih buruk lagi.

“Harga minyak diyakini sudah memasuki level bottom, saat itulah investor merasa kondisi tidak mungkin lebih jelek lagi. Meski memang harga minyak belum pulih,” katanya saat dihubungiBisnis.com.

Kondisi harga minyak mentah dunia, katanya, dinilai lebih baik bila dibandingkan dengan tahun lalu. Semua emiten pertambangan mematok target hati-hati pada tahun ini.

Namun demikian, data-data perekonomian dunia cenderung masih jelek meski diyakini tidak akan lebih buruk dari sebelumnya. Pendorong ekonomi global berasal dari Amerika Serikat yang dinilai telah melewati masa-masa terburuknya.

Sementara itu, kinerja emiten jasa pertambangan, kata dia, sangat bergantung pada harga komoditas. Optimisme perusahaan Migas membuat mereka bakal melakukan ekspansi dan produksi.

“Bisa jadi, kontraktor pertambangan mulai melihat ke depan akan ada proyek-proyek yang baru, meski ke depan masih dalam pertanyaan, investor berharap setidaknya harga minyak bisa lebih baik,” tuturnya.

Pada sisi lain, Dana Moneter Internasional (international monetary fund/IMF) dan Bank Dunia menurunkan prospek ekonomi global. Hal itu membuat proyeksi ke depan terbilang lebih buruk dari sebelumnya.

Konsolidasi BUMN Minyak & Gas Jadi Spekulasi

Adapun, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memastikan akan menggabungkan perusahaan pelat merah sektor Migas di bawah PT Pertamina (Persero). Rencana itu diproyeksi dapat menguntungkan Elnusa yang masih dimiliki mayoritas oleh Pertamina.

Investor berspekulasi konsolidasi BUMN Migas membuat PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk., dan PT Pertamina Gas akan berada di bawah kendali Elnusa. Spekulasi itu membuat harga saham Elnusa melesat tajam.

Satrio menilai tidak berpartisipasinya Iran dalam pertemuan Doha menimbulkan ketidakpastian dalam pergerakan harga minyak mentah dunia. Menurutnya, pertemuan di Doha itu murni persaingan antara produsen minyak Arab Saudi dan Iran yang berdampak pada volatilitas harga.

Dia menjelaskan, kegagalan pertemuan Doha itu bakal membuat tekanan terhadap harga minyak dalam jangka pendek. Tidak sulit sebenarnya untuk mengajak Iran ke dalam meja perundingan.

“Ke depan, harga minyak masih volatile, saya melihatnya Arab Saudi tidak ada pilihan lain, nanti akan ada pengetatan produksi tapi jangka panjang,” katanya.

Pengetatan produksi minyak itu, katanya, diperkirakan akan membuat harga minyak akan stabil pada level yang cukup tinggi. Meski tidak akan berada di bawah level US$30 per barel, dia memerkirakan harga minyak akan stabil pada kisaran US$30 per barel hingga US$45 per barel.

Meski kinerja perseroan terkoreksi, saham ELSA justru melesat 73,28% sejak awal tahun ke level Rp428 per lembar. Perusahaan yang tercatat di sektor energi dengan subsektor jasa Migas itu memiliki kapitalisasi pasar Rp3,12 triliun.

Pendapatan Elnusa Ditarget Capai Rp3,99 Triliun

Direktur Utama Elnusa Syamsurizal dalam laporan tahunan menyatakan setelah pertumbuhan positif pada 2013 dan 2014, perseroan mengalami penurunan revenue tahun lalu lantaran anjloknya harga minyak mentah dunia hingga US$30 per barel. Pendapatan perseroan akhirnya terkoreksi 10,6% dibandingkan dengan 2014 silam.

Tahun ini, perseroan memproyeksikan kondisi perekonomian dunia dan Indonesia tidak lebih baik dari tahun lalu. Rentang harga minyak mentah dunia masih pada kisaran US$50 per barel.

Kondisi tersebut diperkirakan akan mempengaruhi pemangkasan anggaran perusahaan Migas yang bakal berdampak pada berkurangnya pasar jasa Migas.

“Perseroan memproyeksikan laju pertumbuhan pendapatan 2016 sebesar 5,8% atau Rp3,99 triliun dibandingkan dengan 2015,” katanya.

Kontributor pendapatan masih didominasi oleh segmen jasa hulu Migas terintegrasi sebesar 53%, segmen jasa distribusi dan logistik energi 34%, serta sisanya dari jasa penunjang Migas 13%.

Manajemen ELSA mengklaim akan berupaya mempertahankan margin profitabilitas laba kotor dan laba bersih di level yang sama dengan tahun lalu. Sisi internal, perseroan melakukan diversifikasi bisnis, efisiensi, dan perbaikan proses bisnis berkelanjutan.

Sementara terkait rencana dan proyeksi pertumbuhan, tahun ini perseroan membutuhkan investasi pada peralatan jasa hulu Migas terintegrasi dan jasa distibusi logistik energi. Investasi itu tentu membutuhkan permodalan baik dari sumber pinjaman, maupun kas internal.

“Laju pertumbuhan dan rencana investasi tersebut dijalankan dengan tetap menjaga struktur modal yang optimal,” tuturnya.

Pembelian Kapal Seismik

Untuk mendukung kinerja tahun ini, perseroan melalui anak usahanya, PT Elnusa Trans Samudera (ETSA) membeli kapal seismik dengan harga di bawah US$320 juta, yang diharapkan bakal tiba bulan depan. Kapal yang dibeli tersebut diproduksi pada 1992, dan telah diremajakan (rebuild) pada 2013.

Kapal Elnusa disebut-sebut memiliki sejumlah kelebihan dan kemampuan yang belum pernah dimiliki oleh dua kapal seismik berbendera Indonesia lainnya.

Kapal tersebut dilengkapi teknologi terbaru dan memiliki kapasitas untuk membawa 12 streamerdengan jangkauan masing-masing 10 kilometer. Streamer berfungsi sebagai hydropone yang menangkap gelombang dari getaran untuk mengetahui kandungan minyak dan gas bumi di bawah laut.

Nantinya, perseroan akan menggunakan kapal itu untuk melakukan survei seismik di laut dalam demi penemuan cadangan Migas. Tidak hanya itu, perseroan juga tengah mengkaji memasuki sektor kelistrikan dengan memanfaatkan gas sisa.

Investor ELSA sudah sangat optimistis kinerja perusahaan berlambang kuda laut emas itu bakal membaik, tercermin dari melesatnya harga saham perseroan hingga 73,28% y-t-d. Lantas, mampukah manajemen Elnusa mempertahankan laju kinerja di tengah harga minyak mentah dunia yang terus tertekan?

ezgif.com-resize

Bisnis.com, BALIKPAPAN – Total E&P Indonesie memberikan penghargaan atas kinerja Health, Safety, and Environment (HSE) kepada 9 mitra kerja Total dalam Mahakam Award.
Pemberian penghargaan Mahakam Award diberikan dalam forum komunikasi HSE atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja serta Perlindungan Lingkungan (KP3L) yang diselenggarakan di Hotel Novotel dan diikuti oleh 230 mitra kerja Total.
“Melalui acara ini kami harap baik Total dan mitra kerja dapat bersama-sama mencapai pemahaman akan pentingnya menjaga keselamatan selama di lapangan,” tutur President and General Manager Total E&P Indonesie Hardy Pramono, Selasa (16/2/2016).
Penghargaan ini diberikan kepada mitra kerja Total yang berprestasi dalam upaya menjaga keselamatan kerja.
Untuk kategori Safety Performance of High Risk Contract > 400.000 Man-hours diberikan kepada PT Elnusa Tbk, sementara untuk kategori Safety Performance of High Risk Contract 200.000-400.000 Man-hours diberikan kepada PT Scomi Oil Tools.
Adapun untuk kategori Safety Performance of High Risk Contract < 200.000 Man-hours dan Safety Performance of Medium Risk Contract masing-masing diberikan kepada PT FMC Santana dan PT Fugro Indonesia.
“Dan ada lima kategori lagi dalam penghargaan HSE yang kami berikan kepada mitra kerja kami. Semua dengan harapan agar kesadaran akan HSE ini dapat terus berlanjut, tidak hanya dilakukan pada lingkungan kerja saja,”

Metrotvnews.com, Jakarta: Pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) memberikan dampak yang bagus bagi kinerja PT Elnusa Tbk (ELSA). Hal itu dikarenakan penghasilan perseroan sebesar 60 persen didapatkan dari USD.

Direktur Utama (Dirut) ELSA, Syamsurizal Munaf, mengatakan penghasilan perseroan sebesar 60 persen dalam bentuk dolar AS, sedangkan sisanya 40 persen didapatkan dari rupiah. Sehingga dampak melemahnya rupiah menguntungkan perseroan.

“40 persen rupiah. Jadi yang rupiah anak usaha jualan tranportasi untuk bahan bakar. Namun kita masih bagus dari penguatan dolar AS,” kata Syamsurizal, saat public expose perseroan, di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (19/12/2014).

Dia menjelaskan, biaya perseroan pada dasarnya lebih besar menggunakan rupiah yakni mencapai 70-80 persen, sedangkan sisanya menggunakan dolar AS. Namun, biaya atau cost itu masih bisa diatasi dengan penghasilan yang didapatkan perseroan.

“Pendapatan perseroan meningkat akibat melemahnya rupiah terhadap USD. Jadi kita tenang saja dari pelemahan ini,” ungkapnya.

Sekadar diketahui, hingga kuartal III-2014, Elnusa telah meraih peningkatan pendapatan yang naik tipis 3,43 persen menjadi Rp3,02 triliun, dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,92 triliun. Laba bersih perseroan menjadi Rp288,28 miliar, penjualan sebesar Rp87,25 miliar.
AHL

 

http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2014/12/19/334113/elnusa-tak-gentar-dengan-pelemahan-rupiah
Sumber : METROTVNEWS.COM

doraemon

Presdir Elnusa Blakblakan soal Rahasia Perusahaan
Rabu, 11 September 2013 14:24 wibRezkiana Nisaputra – Okezone
… diam2 jadi SAHAM FAVORIT gw : potential gain % elsa MELAMPAUI TREN KOLEKSI SAHAM warteg saham gw

potential gain % elsa MELAMPAUI TREN KOLEKSI SAHAM warteg saham gw

JAKARTA – Dalam membangun sebuah perusahaan, diperlukan strategi khusus agar bisa berkembang dengan baik. Tidak hanya cukup modal saja, namun untuk mewujudkan perusahaan yang sukses diperlukan kemahiran pemimpin untuk mengelola dengan jitu.

Presiden Direktur PT Elnusa Tbk (ELSA) Elia Massa Manik menyebutkan, sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor utama di balik kesuksesan sebuah perusahaan. Dengan SDM yang pandai dan mampu bekerja sama dalam sebuah tim, maka perusahaan akan lebih unggul.

Pria jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan menyabet gelar Master Business Management dari Asian Institute of Management (AIM), Filipina ini mengaku bahwa kondisi perusahaannya dalam kondisi menggembirakan karena faktor SDM.

Klaim yang dilontarkannya itu didasari oleh kinerja para karyawannya yang penuh semangat. Walhasil sejumlah inovasi-inovasi terus mengalir dan sangat berguna bagi Elnusa.

“Kalau kita lihat sekarang ini sebenarnya hampir semua kita berikan untuk SDM. Kita banyak launching program untuk para karyawan, ini juga agar karyawan bisa berkumpul bareng, bisa berdiskusi. Kita sediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang supaya mereka itu bisa berkreasi, karena saya kira sebagai services company. Itu salah satu kunci suksesnya,” tutur Elia saat bincang-bincang dengan Okezone di Jakarta, Senin 9 September.
elsa +64% saat krisis 120913
Namun untuk mengembangkan atau memajukan sebuah perusahaan perlu kombinasi dan strategi yang baik. Selain SDM, lanjut dia juga diperlukan investasi organik maupun non organik.

“Investasi itu baik yang organik maupun nonorganik growth, baik itu di core business maupun di bidang jasa energi yang lainnya. Nah ini harus terus digenjot, ini tentu apapun growth yang sudah dicapai harus bisa dikerjakan SDM dan mereka yang harus mumpuni, saya kira itu kunci suksesnya,” dia menjelaskan.

Kendati demikian, dia mengakui tidak mudah untuk memberikan kenyamanan bagi semua karyawan. Sebab, aspirasi karyawan pun bisa mengenai keluhan.

“Inikan proses pembangunan. Untuk membangun sebuah perusahaan dan ini enggak semudah seperti membalikkan telapak tangan kita,” terang Elia.

Saat ini perusahaan yang dipimpinnya sejak Juli 2011 itu dinilai sudah jauh lebih baik dibanding saat Elia baru menjabat. Dia juga membebaskan karyawannya untuk bisa menyampaikan aspirasi, jika memang ada sesuatu yang terbilang tidak nyaman.

“Kita dapat banyak melihat sekarang inovasi-inovasi yang dulu mereka itu sulit untuk bicara dengan atasan. Nah kalau sekarang sudah mulai mencair,” tutup dia. (wan) (wdi)

gifi

Rp14 M @el$a : Rp/saham … 1003201empat_291015_100817

reaction_1

Merdeka.com – PT Elnusa Tbk meraih laba bersih di semester I-2017 mencapai Rp 14 miliar atau turun 90 persen dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 145 miliar. Sementara, pendapatan pada semester I tahun ini tumbuh 16,4 persen menjadi Rp 1,99 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Direktur Keuangan Budi Rahardjo mengatakan penurunan laba bersih perusahaan disebabkan oleh menurunnya jumlah proyek yang ditangani perusahaan dari segmen hulu migas. Sebab, aktivitas jasa hulu migas nasional terdampak oleh penurunan harga minyak dunia.

“Penurunan laba akibat menurunnya jumlah proyek dari segmen hulu migas karena aktivitas jasa hulu migas nasional yang terdampak penurunan harga minyak dunia,” ujar Budi di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (9/8).

Kinerja Elnusa tahun ini juga sebagian besar dipengaruhi oleh menurunnya kontribusi dari jasa hulu migas di tiga wilayah kerja (blok migas) yang merupakan kontributor utama. Selama ini, Elnusa bekerja di tiga blok migas di wilayah Kalimantan Timur yang ketiganya dioperasikan oleh tiga kontraktor asing besar, di antaranya adalah Total EP Indonesia di Blok Mahakam.

“Seiring dengan berakhirnya masa kontrak pengelolaan blok-blok tersebut maka tentu aktivitas operasional blok juga menurun dan berimbas kepada kontraktor jasa migas utama di blok tersebut, termasuk Elnusa,” tegasnya.

Faktor lain yang sangat mempengaruhi kinerja Elnusa pada semester I-2017, adanya beberapa proyek besar di bisnis jasa seismic dan jasa drilling serta Oilfield. Proyek tersebut diperkirakan baru akan berjalan pada semester kedua tahun ini.

“Sehingga diestimasikan hasil kerja proyek tersebut akan mendorong pertumbuhan tinggi kinerja Elnusa pada paruh kedua nanti,” katanya.

Penurunan kinerja Elnusa pada semester I tahun ini berhasil diimbangi Elnusa melalui strategi pengembangan bisnis jasa noneasset based (operating game project), seperti operation dan maintenance. Meskipun, proyek jasa non-asset ini relatif memiliki marjin yang tidak terlalu tinggi dibanding proyek berbasis aset, namun pengembangan bisnis ini terbukti mampu membuat Elnusa tetap bertahan baik.

“Upaya pemulihan yang telah diambil Perseroan diantaranya adalah pengembangan bisnis baru untuk meningkatkan pendapatan serta tetap menjaga kinerja existing business melalui proyek yang sedang digarap maupun yang masih diperjuangkan melalui tender proyek baru, baik pada segmen jasa hulu migas maupun jasa hilir migas,” pungkasnya.

Sebagai informasi, saat ini Elnusa telah mengantongi total kontrak senilai lebih dari Rp 4,5 triliun untuk jasa seismik, drilling dan Oilfield, serta lebih dari Rp 2 triliun untuk jasa distribusi dan logistik (hilir) migas. Pengerjaan kontrak tersebut akan dilaksanakan pada tahun ini maupun tahun mendatang.

buttrock

 

JAKARTA sindonews – PT Elnusa Tbk (ELSA) mencatat pendapatan perseroan hingga September 2016 menurun sekitar 3,7% dari periode sama tahun sebelumnya. Salah satu penyebabnya, proses alih kelola Blok Mahakam dari Total E&P Indonesie kepada PT Pertamina (Persero).

(Baca: Elnusa Berharap Pertamina Investasi di Blok Mahakam 2017)

Direktur Keuangan Elnusa Budi Rahardjo mengatakan, tahun lalu ‎pendapatan perseroan mencapai Rp2,6 triliun dan tahun ini sedikit menyusut menjadi Rp2,5 triliun. Menurutnya, alih kelola Blok Mahakam membuat Total tidak melakukan investasi besar-besaran di blok migas tersebut.

“Rencana perpindahan Blok Mahakam dari Total membuat pihak Total tidak melakukan investasi besar-besaran. Itu ber-impact kepada kami,” katanya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (25/11/2016).

Selain itu, menurunnya pendapatan Elnusa juga disebabkan belum bergairahnya harga minyak dunia di pasar dunia. Pada tahun ini, harga minyak mentah di pasar‎ global masih berada di kisaran USD30 per barel.

“Tahun ini ternyata lebih berat dibanding tahun lalu. Karena harga minyak turun terus sampai USD30 per barel,” imbuh dia.

Menurutnya, penurunan pendapatan perseroan menyebabkan laba bersih hingga September 2016 ikut tergerus. Laba bersih yang dibukukan Elnusa hingga September 2016 hanya sekitar Rp178 miliar atau turun 7% dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp226 miliar.

“‎Net profit turun Rp178 miliar dibanding tahun lalu Rp226 miliar juga karena kerugian selisih kurs sebesar Rp22 miliar,” tandasnya.

(izz)

lol

 

PT Elnusa Tbk (ELSA) membukukan laba bersih pada Quarter 3 2016 sebesar 177,9 miliar. Turun bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 sebesar  226,3 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 24.37 per lembar.

Berikut Laporan keuangan ELSA Quarter 3 2016 :

Account Quarter 3 2016
Last Price 420
Share Out 7,3 B
Market Cap. 3.065,4 B
Balance Sheet
Cash 670,4 B
Total Asset 4.098,6 B
S.T Debt 1.294,1 B
L.T Debt 66,8 B
Total Equity 2.737,7 B
Income Statement
Revenue 2.523,8 B
Gross Profit 429,8 B
Operating Profit 281,1 B
Net. Profit 177,9 B
EBITDA 505,3 B
Interest Exp. 20,4 B
Ratio
EPS 24,37
PER 17,23x
BVPS 375,10
PBV 1,12x
ROA 4,34%
ROE 6,50%
EV/EBITDA 7,43
Debt/Equity 0,50
Debt/TotalCap 0,33
Debt/EBITDA 2,69
EBITDA/IntExp. 24,76

Sumber : IPS RESEARCH

buttrock

PT Elnusa Tbk (ELSA) membukukan laba bersih pada Quarter 1 2016 sebesar 93,8 miliar. Naik bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2015 sebesar  65,2 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 12.85 per lembar.

Berikut Laporan keuangan ELSA Quarter 1 2016 :

Account Quarter 1 2016
Last Price 482
Share Out 7,3 B
Market Cap. 3.517,9 B
Balance Sheet
Cash 767,1 B
Total Asset 4.019,8 B
S.T Debt 1.213,9 B
L.T Debt 68,1 B
Total Equity 2.737,8 B
Income Statement
Revenue 921,1 B
Gross Profit 214,2 B
Operating Profit 168,6 B
Net. Profit 93,8 B
EBITDA 238,0 B
Interest Exp. 9,9 B
Ratio
EPS 12,85
PER 37,51x
BVPS 375,11
PBV 1,28x
ROA 2,33%
ROE 3,43%
EV/EBITDA 16,94
Debt/Equity 0,47
Debt/TotalCap 0,32
Debt/EBITDA 5,39
EBITDA/IntExp. 24,11

Sumber : IPS RESEARCH

indonesia value investor @ Elnusa

IHSG memulai perjalanannya di tahun 2016 ini dengan kurang mulus. Ketika artikel ini ditulis, IHSG masih turun 2% secara year to date. Meski penurunan tersebut masih jauh lebih baik dibanding penurunan Bursa China dan juga Amerika, dimana Indeks Shanghai dan Dow Jones  masing-masing turun 16.7 dan 6.2%, namun beberapa saham di sektor migas dan tambang sudah jatuh lebih dalam. Salah satunya, Elnusa (ELSA), yang terakhir ditutup di posisi 200 atau sudah turun hampir 20% sejak awal tahun, dan cukup jelas bahwa penyebabnya adalah penurunan harga minyak yang sekarang sudah menyentuh US$ 30 per barel.

Dan tidak hanya di dalam negeri, tapi saham-saham perusahaan migas skala global seperti Royal Dutch Shell, Exxon Mobil, BP, Chevron, Total SA, semuanya juga tumbang. Tapi yang menarik, kemarin Berkshire Hathaway merilis keterbukaan informasi bahwa mereka menambah kepemilikan di saham Phillips 66, sebuah perusahaan minyak kelas menengah yang bermarkas di Texas, Amerika Serikat. Nah, kita tentu sudah hafal kebiasaan Opa Warren yang suka membeli saham suatu perusahaan justru ketika orang-orang menghindarinya, dan dalam hal ini membeli saham perusahaan minyak justru ketika harga minyak terus meluncur turun. Tapi mungkin pertanyaannya, apakah ini merupakan sinyal bahwa smart money sudah mulai masuk ketika mayoritas investor sudah desperatedengan bisnis perminyakan? Lalu terkait Elnusa tadi, apakah penurunan harganya adalah sebuah opportunity?

Sekilas Elnusa

ELSA merupakan anak usaha dari BUMN paling mengesalkan di Indonesia, Pertamina, yang bergerak di bidang jasa perminyakan. Yup, ELSA tidak memproduksi minyak, namun menyediakan layanan land seismic, drilling, fabrication dll bagi perusahaan-perusahaan minyak. Beberapa pelanggan ELSA adalah Pertamina Hulu Energi, Pertamina EP, Medco, Pertagas, Total Indonesie, hingga Chevron Pacific Indonesia. Khusus untuk jasa land seismic, ELSA merupakan salah satu pionir yang sudah berpengalaman sejak tahun 1974, dan saat ini berstatus sebagai market leader di tanah air.

Nah, sejak dulu entah kenapa sektor perminyakan di BEI tidak pernah mencatatkan kinerja fundamental yang bagus, bahkan ketika dulu harga minyak masih diatas US$ 100 per barel, dan alhasil penulis sendiri hampir gak pernah melirik peluang investasi di sektor ini (tapi sebenarnya itu ada penjelasannya, anda bisa membacanya disini). And btw, Perusahaan Gas Negara (PGAS) tidak bisa dikelompokkan sebagai perusahaan migas atau jasa migas, karena dia cuma distributor.

Namun dibanding beberapa emiten sejenis seperti Ratu Prabu Energi (ARTI), Benakat Integra (BIPI), Energi Mega Persada (ENRG), hingga Medco (MEDC), maka ELSA memiliki kinerja fundamental yang relatif baik, meski tetap saja masih dibawah standar ‘baik’ versi penulis. However, dengan terus menurunnya harga minyak yang diiringi oleh penurunan harga saham dari perusahaan-perusahaan terkait, maka jika anda tertarik untuk mengikuti langkah Buffett yang justru masuk ke sektor perminyakan, pilihan saham yang paling masuk akal ya ELSA ini. Dan dengan PBV 0.6 kali pada harga 200, maka jika nanti harga minyak rebound sedikit saja, harusnya dia bisa dengan mudah membal keatas.

Hanya saja, kalau untuk investasi serius untuk jangka panjang, maka ELSA terbilang meragukan. Sejak 2010 sampai sekarang, pendapatan perusahaan stagnan di Rp4 trilyunan per tahun, alias gak naik-naik, dan kenaikan laba ELSA lebih didorong oleh efisiensi kinerja, tapi bahkan sampai sekarang margin labanya masih dibawah 10%, dan itu terbilang sangat rendah untuk ukuran perusahaan jasa. Lalu seiring dengan penurunan harga minyak sejak awal tahun 2015 lalu, pendapatan ELSA juga ikut tertekan dimana hingga Kuartal III kemarin, angkanya baru tercatat Rp2.6 trilyun, sehingga ada kemungkinan bahwa untuk sepanjang tahun 2015 ini pendapatan ELSA akan tercatat dibawah Rp4 trilyun, dan memang dari pihak manajemen sendiri memperkirakan bahwa laba ELSA hanya akan mencapai Rp350 milyar untuk tahun 2015, atau turun signifikan dibanding tahun 2014 sebesar Rp412 milyar. Dalam materi public expose yang diselenggarakan perusahaan ketika harga minyak masih US$ 45 per barel, manajemen sudah mengatakan bahwa kinerja perusahaan, meski turun, tapi penurunannya tidak sedalam industri migas secara umum, karena berbeda dengan mayoritas perusahaan migas lain di tanah air, ELSA relatif tidak memiliki utang.

Penurunan Kinerja

Tapi kata kuncinya disini adalah bahwa ‘kinerja perusahaan ikut turun seiring dengan penurunan harga minyak’. Dan berhubung harga minyak sekarang tinggal US$ 30 per barel, maka ya wassalaaaam… Terkait sahamnya sendiri, pada tahun 2011 lalu, yakni ketika harga minyak lagi tinggi-tingginya di level US$ 120 per barel, ELSA justru menderita kerugian Rp43 milyar, dan itu menyebabkan sahamnya jeblok dari 350-an hingga 160-an. Namun memasuki tahun 2012 hingga 2014, perolehan laba perusahaan terus membaik hingga mencapai Rp420 milyar pada akhir tahun 2014, dan alhasil sahamnya juga terus naik sampai sempat menyentuh posisi 700, alias mencetak gain lebih dari tiga kali lipat.

Memasuki tahun 2015, secara efisiensi kinerja ELSA mungkin sudah lebih baik (jadi perusahaan gak akan sampai menderita rugi lagi), namun problemnya masih terletak di ketidakmampuan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan. Dan berhubung harga minyak juga tinggal seperempat dari harganya di tahun 2011 maka pendapatan ELSA ikut turun, dan investor biasanya gak mau tau: Kalau pendapatan dan laba perusahaan turun tajam maka gue gak akan beli sahamnya, dan sebenarnya itulah yang menyebabkan sahamnya terpuruk. Ingat bahwa penuruan harga minyak, yang sampai awal tahun 2016 ini masih terus terjadi, bisa berarti bahwa kinerja ELSA untuk awal tahun 2016 ini juga akan kembali turun dibanding 2015.

Jadi agar saham ELSA bisa naik maka caranya ada dua: 1. Harga minyak rebound, dan 2. Kinerja perusahaan menunjukkan perbaikan. Untuk poin pertama, itu bisa terjadi kapan saja dan kalau itu terjadi maka saham ELSA bakal naik sangat tajam, mungkin bisa sampai beberapa puluh persen hanya dalam satu dua hari, tapi hanya untuk sesaat sebelum kemudian turun lagi (karena pada akhirnya orang akan lihat laporan keuangan lagi). Untuk poin kedua, itu paling cepat baru akan kelihatan di laporan keuangan Kuartal I 2016 nanti, yang akan dirilis sekitar akhir April, dan itupun dengan catatan harga minyak sudah rebound sebelumnya.

Kesimpulannya, I don’t know with others, namun kalau untuk penulis ELSA ini hanya masuk watchlist saja dulu. Ketika Opa Buffett beli Phillips 66, mungkin pertimbangannya adalah karena perusahaan oil refinery ini hingga Kuartal III 2015 masih membukukan laba US$ 3.6 milyar, atau hampir sama dengan periode yang sama tahun 2014, sementara kinerja perusahaan-perusahaan minyak lain sudah pada bertumbangan bahkan sejak tahun 2013. Jadi kalau nanti harga minyak pulih lagi maka kinerja Phillips 66 juga akan melaju kencan lagi. Sementara ELSA? We’ll, it’s not that good, setidaknya untuk saat ini, so it’s better to wait, kecuali jika anda hendak berspekulasi pada harga minyak yang bisa saja membal sewaktu-waktu. Tapi yah, penulis tentu saja tidak menyarankan untuk ‘investasi saham’ dengan cara seperti itu.

  1. Elnusa, Tbk

Rating Kinerja pada Kuartal III 2015: BBB

Rating Saham pada 200: A

Btw, hingga Rabu, 13 Januari, IHSG masih turun 1.2% secara year to date, namun sektor properti/konstruksi dan finance/perbankan masing-masing hanya turun 0.7%, dan sektor infrastruktur/transportasi malah naik 1.2%. Sementara sektor pertambangan, termasuk ELSA di dalamnya, sudah turun 2.5%. Hal ini menunjukkan bahwa meski IHSG masih dipengaruhi fluktuasi bursa global dan juga turunnya harga minyak, namun beberapa saham di tiga sektor yang lagi ‘hot’ diatas tetap menanjak karena, sekali lagi, fundamental ekonomi kita mulai pulih dengan sektor-sektor tersebut sebagai pendorongnya.

rose KECIL

PT Elnusa Tbk (ELSA) membukukan laba bersih pada Quarter 3 2015 sebesar 226,3 miliar. Turun bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2014 sebesar  288,3 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 31.00 per lembar.

Berikut Laporan keuangan ELSA Quarter 3 2015 :

Account Quarter 3 2015
Last Price          350
Share Out 7,3 B
Market Cap. 2.554,5 B
Balance Sheet
Cash               874,8 B
Total Asset 4.308,2 B
S.T Borrowing 354,3 B
L.T Borrowing 374,6 B
Total Equity 2.522,8 B
Income Statement
Revenue           2.619,4 B
Gross Profit 441,3 B
Operating Profit 247,4 B
Net. Profit        226,3 B
EBITDA         446,6 B
Interest Exp. 28,2 B
Ratio
EPS                 31,00
PER                 11,29x
BVPS                 345,66
PBV                 1,01x
ROA                 5,25%
ROE                 8,97%
EV/EBITDA 5,39
Debt/Equity 0,29
Debt/TotalCap 0,22
Debt/EBITDA 1,63
EBITDA/IntExp. 15,84

Sumber : IPS RESEARCH

bird

Senin, 03/08/2015 NERACA

Jakarta &ndash; Ditengah anjloknya harga minyak dunia membuat pelaku industri minyak dan gas (migas) ikut terkena imbasnya dengan mencatatkan penurunan pendapatan. Namun sebaliknya, hal tersebut tidak berlaku bagi PT Elnusa Tbk. (ELSA) yang tetap optimistis mampu mencatatkan kinerja keuangan yang positif di semester pertama tahun ini.

Dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin, perseroan menegaskan tidak mau sesumbar target bisnis tahun ini bisa tercapai. Pasalnya, perseroan mempunyai komitmen besar untuk mampu menjaga marjin laba bersih tanpa mengurangi kualitas deliverables kepada klien,&rdquo;Pencapaian semester I 2015 ini menunjukkan bahwa di tengah tekanan terhadap pendapatan usaha, perseroan terus melakukan project dan financial management yang baik serta efisiensi di semua lini untuk mempertahankan kinerja, sehingga marjin laba bersih secara keseluruhan masih dapat terjaga terhadap marjin periode sebelumnya,&rdquo;kata Budi Rahardjo, Direktur Keuangan PT Elnusa Tbk.

 

http://www.neraca.co.id/article/56978/elnusa-masih-menaruh-asa-di-bisnis-migas-laba-bersih-tumbuh-462
Sumber : NERACA.CO.ID

long jump icon

JAKARTA – PT Elnusa Tbk (ELSA) mencatatkan pertumbuhan laba bersih sebesar 20 persen menjadi senilai Rp65 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Direktur Keuangan Elnusa, Saham Hutajulu, mengatakan kinerja positif ini terutama didukung oleh baiknya pertumbuhan di segmen jasa hulu yaitu driling and oilfield serta land seismuc service yang tumbuh masing-masing sebesar 3 persen dan 2 persen.

“Sedangkan kinerja anak perusahaan terutama PT Elnusa Petrofin pada segmen jasa hilir migas juga membaik dengan tumbuh 2 persen di kuartal I-2015 ini, ucap di Gedung BEI Jakarta, Rabu (21/4/2015).

Dia menjelaskan, laba kotor perseroan menunjukkan nilai positif dengan pertumbuhan sebesar 7 persen, dengan laba usaha tumbuh 5 persen dan EBITA perseroan mampu meningkat sebesar 9 persen dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya.

“Berkaitan dengan hal ini, kami berkomitmen menjaga beban pokok pendapatan pada level yang wajar, di mana keseriusan manajemen untuk terus melakukan efisiensi dalam operasinya tanpa mengurangi kualitas jasa yang diberikan pada klien,” tuturnya.

Strategi perseroan dalam menjaga kekuatan balance sheet serta ruang pendapatan yang cukup besar guna mendukung rencana investasi pada kuartal I-2015 sebesar 22 persen dari Rp540 miliar menjadi Rp420 miliar.

“Meskipun kondisi industri global migas baik global maupun nasional kurang baik dan diprediksikan cenderung tidak stabil sampai akhir tahun, Elnusa tetap mampu melanjutkan pertumbuhan dengan kontribuso positif dari bisnis inti perseroan,” ucapnya.

http://economy.okezone.com/read/2015/04/22/278/1138337/elnusa-catat-kenaikan-laba-bersih-20
Sumber : OKEZONE.COM

rose KECIL

PT Elnusa (ELSA) mencatatkan pertumbuhan laba bersih ELSA hingga 73,2% menjadi Rp 412,4 M dari tahun sebelumnya Rp 238,1 M.  Penjualan aset merupakan salah satu faktor yang menopang perolehan laba bersih. Pendapatan usaha ELSA tercatat Rp 4,2 T atau hanya naik 2,7% dari tahun 2013 sebesar Rp 4,1 T.
Sumber : IPS RESEARCH

PT Elnusa Tbk (ELSA) membukukan laba bersih pada tahun 2014 sebesar 412,4 miliar. Naik bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2013 sebesar 238,1 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 56.50 per lembar.

 

Berikut Laporan keuangan ELSA Tahun 2014 :

Account Quarter 4 2014
Last Price          580
Share Out 7,3 B
Market Cap. 4.233,1 B
Balance Sheet
Cash               1.060,2 B
Total Asset 4.245,7 B
S.T Borrowing 244,3 B
L.T Borrowing 248,9 B
Total Equity 2.583,0 B
Income Statement
Revenue           4.221,2 B
Gross Profit 759,8 B
Operating Profit 424,8 B
Net. Profit        412,4 B
EBITDA         653,5 B
Interest Exp. 33,9 B
Ratio
EPS                 56,50
PER                 10,27x
BVPS                 353,91
PBV                 1,64x
ROA                 9,71%
ROE                 15,97%
EV/EBITDA 5,61
Debt/Equity 0,19
Debt/TotalCap 0,16
Debt/EBITDA 0,75
EBITDA/IntExp. 19,31

Sumber : IPS RESEARCH

long jump icon

Jual Aset, Laba Elnusa Naik Hampir Dua Kali Lipat Jadi Rp288 M
Tahun ini Elnusa cukup berhasil menurunkan tingkat utangnya.
Selasa, 28 Oktober 2014 18:05:26 WIB Sigma Kinasih

Bareksa.com – Anak usaha Pertamina, PT Elnusa Tbk (ELSA) menghasilkan kenaikan laba hingga 145 persen pada 9 bulan pertama tahun ini terutama disebabkan oleh penjualan aset tetap yang meningkat tajam menjadi Rp87,2 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp18 juta.

Laba Elnusa tercatat sebesar

Rp288,3 miliar atau Rp39,5 per saham per Januari sampai September 2014

dari periode sama tahun sebelumnya Rp117,9 miliar atau Rp16,22 per saham.

Untuk pendapatan operasional sendiri, pertumbuhannya tidak begitu besar sekitar 3,42 persen atau menjadi Rp3,02 triliun.

Sehingga kinerja Elnusa lebih ditopang dari segi non operasional seperti kenaikan pendapatan bunga hingga dua kali lipat menjadi Rp24,39 miliar.

Dari sisi pasiva, tahun ini Elnusa cukup berhasil menurunkan tingkat utangnya, terutama pinjaman bank yang berkurang menjadi Rp153,1 miliar per September 2014, dari Rp268,6 miliar per 31 Desember 2013. Sehingga rasio utang terhadap ekuitas juga ikut turun menjadi 0,68 kali dari sebelumnya 0,91 kali. (np)

Topsaham – PT Elnusa Tbk (ELSA) menyetujui pembagian dividen sebesar 50 persen atau senilai Rp119,03 miliar dari laba bersih perseroan tahun lalu. Demikian disampaikan Corporate Secretary PT Elnusa Tbk Fajriah Usman  usai RUPS di Jakarta, Jumat (9/5/14).

Dosebutkan, BUMN ini pada tahun lalu berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp238,06 miliar. Angka ini naik 86 persen dibanding tahun sebelumnya senilai Rp127,92 miliar. Rencananya, dividen tersebut akan dibagikan pada Juni 2014.

Adapaun persentase pembagian dividen tahun ini lebih besar jika dibanding pembagian dividen tahun sebelumnya yang hanya sebesar 10 persen dari laba bersih. Persentase yang lebih besar ini merupakan bukti komitmen dan penghargaan terhadap pemegang saham yang telah mendukung perseroan selama ini.

Sisa dana hasil pembagian dividen tersebut akan dipergunakan perseroan sebagai laba ditahan untuk menopang tahun 2014, yang telah ditetapkan sebagai tahun pengembangan, di mana membutuhkan banyak pendanaan sebagai bagian dari rencana ekspansi perseroan. Untuk inti bisnis, perseroan sudah menganggarkan investasi senilai dari USD42 juta.

http://www.topsaham.com/new1/index.php?option=com_content&view=article&id=10480:elnusa-pastikan-bagi-dividen-rp11903-miliar&catid=35:finansial&Itemid=55

Sumber : TOPSAHAM.COM

rose KECIL

Elnusa bagi dividen 50% dari laba bersih

Disfiyant Glinmourinse
Jum’at, 9 Mei 2014 − 12:42 WIB

Sindonews.com – PT Elnusa Tbk (ELSA) dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) menyetujui pembagian dividen sebesar 50 persen atau senilai Rp119,03 miliar dari laba bersih perseroan tahun lalu.

Persreroan pada tahun lalu berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp238,06 miliar. Angka ini naik 86 persen dibanding tahun sebelumnya senilai Rp127,92 miliar. Rencananya, dividen tersebut akan dibagikan pada Juni 2014.

“Persentase pembagian dividen tahun ini lebih besar jika dibanding pembagian dividen tahun sebelumnya yang hanya sebesar 10 persen dari laba bersih,” ujar Corporate Secretary PT Elnusa Tbk Fajriah Usman usai RUPS di Jakarta, Jumat (9/5/14).

Persentase yang lebih besar ini, Fajriah menjelaskan, merupakan bukti komitmen dan penghargaan terhadap pemegang saham yang telah mendukung perseroan selama ini.

“Kemudian, sisa dana hasil pembagian dividen tersebut akan dipergunakan perseroan sebagai laba ditahan untuk menopang tahun 2014, yang telah ditetapkan sebagai tahun pengembangan, di mana membutuhkan banyak pendanaan sebagai bagian dari rencana ekspansi perseroan,” ujar dia.

Sebagai gambaran, untuk inti bisnis, perseroan sudah menganggarkan investasi senilai dari USD42 juta. Nilai itu belum termasuk investasi pengembangan usaha yang juga memerlukan pendanaan lebih besar.

(rna)
views: 148x

bird

Kuartal I, Elnusa Cetak Peningkatan Laba Besih 56%
Ardhanareswari AHP – Rabu, 23 April 2014, 19:16 WIB

Bisnis.com, JAKARTA—PT Elnusa Tbk. (ELSA), emiten penyedia jasa energi, mencetak peningkatan laba bersih sebesar 56% menjadi Rp54,16 miliar pada kuartal I/2014 dari periode yang sama tahun sebelumnya, Rp34,70 miliar.

Vice President of Corporate Secretary ELSA Fajriyah Usman mengatakan sektor usaha drilling & oildfield services menyumbang besar dalam menjaga pendapatan perseroan.

“Drilling & oilfield services yang merupakan salah satu back-bone Elnusa tetap mendominasi kontribusi pendapatan usaha maupun laba,” katanya seperti dirilis dari siaran pers resmi, Rabu (23/4/2014).

Sementara itu perusahaan melaporkan pendapatan usaha selama triwulan pertama ini menurun menjadi Rp918,29 miliar dari triwulan I/2013 yang mencapai Rp1,04 triliun atau turun 12%.

Meski begitu, ELSA berhasil memangkas beban pokok pendapatannya hingga 15% menjadi Rp770,51 miliar dari periode yang sama tahun lalu saat beban pokok pendapatan mencapai Rp910,29 miliar.

Perseroan juga mencetak peningkatan marjin laba kotor dari 13% menjadi 16% dan marjin laba bersih dari 3% menjadi 6%. Di samping itu posisi kas hasil operasi tercatat ada di level Rp129,8 miliar atau hampir 3 kali lipat dari laba bersih perseroan.

Adapun total kas dan setara kas pada akhir periode kuartal I/2014 tercatat ada di kisaran Rp1,2 triliun. Menurut manajemen perseroan, salah satu faktor yang memperkuat kas ELSA adalah langkah perseroan melunasi utang modal kerja pada tahun lalu.

Dengan demikian utang bank yang saat ini tercatat turun 37% menjadi Rp540 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu total liabilitas perseroan tercatat menurun 7,4% sejak akhir tahun lalu menjadi Rp1,93 triliun.

Di sisi lain jumlah aset perseroan per 31 Maret 2014 turun 2,3% menjadi Rp4,26 triliun dari akhir tahun lalu yaitu Rp4,27 triliun.

Editor : Reporter
PT Elnusa Tbk (ELSA) membukukan laba bersih pada Quarter 1 2014 sebesar 54,2 miliar. Naik bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2013 sebesar  34,7 miliar. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 7.40 per lembar.

Berikut Laporan keuangan ELSA Quarter 1 2014 :

Account Quarter 1 2014
Last Price          495
Share Out 7,3 B
Market Cap. 3.612,8 B
Balance Sheet
Cash               1.294,5 B
Total Asset 4.268,4 B
S.T Borrowing 386,0 B
L.T Borrowing 332,2 B
Total Equity 2.337,4 B
Income Statement
Revenue           918,3 B
Gross Profit 147,8 B
Operating Profit 101,4 B
Net. Profit        54,2 B
EBITDA         161,3 B
Interest Exp. 12,3 B
Ratio
EPS                 7,40
PER                 66,89x
BVPS                 320,26
PBV                 1,55x
ROA                 1,27%
ROE                 2,32%
EV/EBITDA 18,83
Debt/Equity 0,31
Debt/TotalCap 0,24
Debt/EBITDA 4,45
EBITDA/IntExp. 13,15

Sumber : IPS RESEARCH

bird

Laba Tinggi, Saham ELSA Rawan Profit Taking
Selasa, 11 Maret 2014 06:46 wib | Fakhri Rezy – Okezone

JAKARTA – PT Elnusa Tbk (ELSA) mencatat laba bersih sebesar Rp238 miliar di sepanjang tahun 2013. Angka ini meningkat secara signifikan mencapai 86 persen dibandingkan tahun sebelum yang hanya sebesar Rp127 miliar.

Analis Buana Capital Alfred Nainggolan mengatakan bahwa dengan peningkatan laba yang signifikan tersebut, akan mempengaruhi kenaikan harga saham dari ELSA sendiri. Namun dirinya meminta untuk berhati-hati akan adanya profit taking.

“Short akan mengalami profit taking terkoreksi, namun kalau long term akan ada kenaikan lanjutan,” ujar Alfred kepada Okezone, Jakarta, Selasa (11/3/2014).

Alfred mengatakan kenaikan laba yang tinggi elnusa cenderung tidak begitu liquid, jadi hal tersebut akan berimbas kepada harga sahamnya. Apalagi saat laporan keuangan tahunan yang positif akan membuat para investor melakukan profit taking.

“Namun, kita progresnya sahamnya masih murah ini PE-nya (Price earning) enggak begitu mahal, dengan book value 1,5 kali ini berprospek juga, kalau mereka mempertahankan labanya,” ujarnya.

Alfred memprediksikan, dari sisi harga saham ke depan akan dapat kembali menyentuh harga saat Initial Public Offering (IPO).

Kemarin, harga saham ELSA turun 5 poin atau 1,16 persen di level Rp427. Dalam pergerakan hariannya bergerak di kisaran Rp427-Rp433. (rzy)
Laba Elnusa Melonjak 86%
Maftuh Ihsan – Senin, 10 Maret 2014, 13:57 WIB

Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan penyedia jasa energi PT Elnusa Tbk. (ELSA) membukukan laba bersih Rp238 miliar pada tahun lalu, atau naik 86% dibandingkan capaian pada 2012 yakni senilai Rp127,9 miliar.

Adapun, pendapatan perseroan pada 2013 turun dari Rp4,7 triliun pada 2012 menjadi Rp4,1 triliun.

Nurkholis, Vice President of Corporate Finance Elnusa, mengatakan pada tahun lalu perseroan menerapkan strategi agresif – selektif untuk menjaga performa bisnis perseroan.

“Kami lebih fokus pada bisnis inti yang memiliki potensi terbaik dan memberikan margin lebih tinggi,” ujarnya, Senin (10/3/2014).

Hasil tersebut, lanjutnya, tampak dari kinerja bisnis drilling and oilfield services (DOS) yang tumbuh 33% pada tahun lalu. Dalam 3 tahun terakhir, pertumbuhan lini bisnis tersebut naik hampir dua kali lipat.

Editor : Ismail Fahmi

el$a beraksikorpora$1 … 121113_2901201empat_290916_070717

ezgif.com-resize

JAKARTA kontan. Harga minyak mentah di pasar global bergerak melemah. Sejak awal tahun hingga kemarin (ytd), harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Agustus di New York Merchantile Exchange sudah menyusut 19% menjadi US$ 45,86 per barel.

Tren koreksi harga minyak turut membayangi kinerja emiten berbasis komoditas di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Salah satu emiten yang terimbas pergerakan harga minyak adalah PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Selama sepekan terakhir, harga saham emiten ini menyusut 1,31%. Namun, sejak awal tahun, harga MEDC sudah menanjak 71,21% (ytd).

Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido menyarankan investor menjauhi dulu saham MEDC dan PT Elnusa Tbk (ELSA). “Sebaiknya wait and see di bulan ini,” ungkap dia kepada KONTAN, Kamis (6/7).

Namun, Kevin melihat prospek MEDC lebih menarik dibandingkan emiten sejenis. Pasalnya, MEDC telah mendiversifikasi bisnisnya, yakni ke pertambangan emas dan tembaga, setelah mengakuisisi PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo Gunawan menilai, kenaikan harga minyak tahun ini sulit diprediksi. Ada kecenderungan harga sulit menyentuh US$ 60 per barel. “Saya perkirakan level minimum harga minyak US$ 40 per barel,” kata dia.

Selain MEDC, ada emiten yang terkena imbas koreksi harga minyak. Misalnya perusahaan pelayaran seperti PT Soechi Lines Tbk (SOCI) dan PT Wintermar Offshore Marine Tbk (WINS), maupun perusahaan penunjang migas seperti ELSA. “Seberapa besar efeknya terhadap emiten pelayaran, ini tergantung seberapa lama harga minyak menurun,” ujar Andy.

Kevin belum melihat sinyal OPEC akan menurunkan produksi minyak. Beberapa negara anggota OPEC masih enggan mengurangi produksi minyak karena akan mengurangi penjualan ekspornya.

Penurunan harga minyak tak selalu negatif. Penurunan harga minyak juga membawa berkah bagi sejumlah emiten. Misalnya PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) yang memiliki biaya transportasi besar, maupun PT Blue Bird Tbk (BIRD).

Meski mendapatkan sentimen positif dari penyusutan harga minyak, Kevin tidak merekomendasikan investor masuk sektor tersebut. Investor perlu mempertimbangkan faktor fundamental emiten. “GIAA misalnya, laporan keuangannya masih jelek,” ungkap dia.

buttrock

JAKARTA ID– PT Elnusa Tbk (ELSA) semakin giat membidik kontrak-kontrak baru untuk menggantikan kontrak dari Total E&P Indonesie yang semakin menurun. Perseroan terkena imbas berkurangnya aktivitas Total E&P, terutama di bidang investasi, karena Total harus menyerahkan ladang minyaknya kepada PT Pertamina tahun depan.

Direktur Keuangan Elnusa Budi Raharjo mengungkapkan, selama bertahun-tahun perseroan mendapatkan kontrak cukup besar dari Total E&P. Perseroan perlu berjuang mencari pengganti kontrak dari Total E&P sejak tahun ini hingga 2017.

“Kami mencari banyak kegiatan. Sebagian telah kami dapatkan penggantinya dengan mendapatkan kontrak operation and maintenance dari Pertamina, BP Indonesia dan Conoco Philips,” ujar Budi di Jakarta, Selasa (27/9) malam.

Dia mengaku bahwa hal itu membuat perseroan kurang optimistis dengan kinerja tahun ini. Selain faktor berkurangnya kontrak dari Total E&P, perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) lainnya masih menahan ekspansinya.

Di tengah tantangan industri migas, saat ini perseroan berhasil mendapatkan kontrak baru sebesar US$ 60 juta. Kontrak baru Elnusa berasal dari kegiatan drilling and oilfield services (DOS) di dalam negeri dan Brunei. Perseroan akan fokus mencari kontrak baru dari proyek-proyek di regional.

Sebenarnya, pemegang saham perseroan, Pertamina mengajak Elnusa untuk ikut tender di ladang minyak Aljazair. Tetapi perseroan memutuskan untuk tidak berpartisipasi pada tender tersebut.

Di luar pasar regional, Budi menuturkan bahwa perseroan mulai memasuki pasar migas di India. “Tapi itu bukan pekerjaan peralatan, tetapi konsultan teknikal,” ungkapnya.

Dia mengakui bahwa pasar migas di India besar dan prospektif. Namun, Elnusa memilih untuk berhati-hati masuk ke India karena belum memahami benar kondisi pasar di sana.

Lebih lanjut Budi mengungkapkan, India merupakan negara yang paling aktif menggarap pasar migasnya. Harapan pasar migas perseroan sebelumnya, Myanmar, ternyata banyak menunda proyek-proyek migas karena pertimbangan harga minyak yang masih rendah.

Elnusa meraih laba bersih semester I–2016 sebesar Rp 145 miliar, meningkat 9,2% dari realisasi periode sama tahun lalu sebesar Rp 133 miliar. Sementara pendapatan perseroan turun 5,1% dari semester I tahun lalu menjadi sebesar Rp 1,7 triliun.

Budi mengungkapkan, efisiensi struktur biaya menjadi strategi dalam menyikapi situasi industri saat ini. Elnusa mampu menekan beban pokok pendapatan sebesar 8,0% sehingga menghasilkan peningkatan laba kotor Elnusa sebesar 9,7% menjadi Rp 324 miliar.

Laba usaha perseroan meningkat 35,8% menjadi sebesar Rp 232 miliar karena penurunan beban usaha sebesar 35% yang juga menghasilkan peningkatan EBITDA sebesar 23,6% menjadi Rp 377 miliar. Marjin laba kotor, laba usaha dan EBITDA juga membaik menjadi masing-masing 18,9%, 13,6% dan 22,0% pada semester I-2016. (fik)

ets-small

JAKARTA. Tren rendahnya harga minyak global membuat aktivitas pengeboran minyak dan gas menurun. Kondisi ini turut mempengaruhi bisnis PT Elnusa Tbk (ELSA) sehingga perseroan perlu melakukan diversifikasi bisnis guna menjaga kualitas kinerja keuangannya.

Destya Faishal, analis Phillip Securities menjelaskan, selain efisiensi, upaya ELSA untuk mendiversifikasi bisnisnya guna memperkuat performa keuangannya sepertinya menarik. Salah satu hal yang perlu digarisbawahi adalah upaya ELSA untuk meningkatkan pangsa pasarnya.

ELSA akan lebih fokus pada jasa maintenance ketimbang jasa pengeboran di tengah situasi seperti saat ini. Soalnya, rendahnya harga minyak juga sudah diprediksi akan menurunkan pendapatan sisi bisnis upstream ELSA,” jelas Destya.

Dengan rencana itu, pangsa pasar ELSA diprediksi akan meningkat jadi 8% hingga 10% tahun ini. Selama ini, pangsa pasar ELSA sekitar 5%.

ELSA juga membeli kapal seismic untuk keperluan survey bawah laut. “Ini juga bagus untuk menunjang bisnis ELSA karena hanya sedikit perusahaan yang memiliki komptensi melakukan kegiatan ini,” imbuh Destya.

Dengan segala rencana yang dilakukan ELSA, Destya memprediksi ELSA akan mencatat pendapatan Rp 3,68 triliun. Sementara, laba bersihnya diprediksi Rp 577,5 miliar.

Terkait pembelian kapal seismic, analis Trimegah Securities Willinoy Sitorus memprediksi akan ada tambahan pendapatan cukup signifikan dari bisnis ini. Tambahan pendapatannya juga mungkin bisa dirasakan dalam waktu dekat.

Menggunakan asumsi tarif sewa kapal seismic US$ 200.000 per hari, maka ELSA berpotensi meraup pendapatan Rp 964 miliar per tahun melalui bisnis ini.

“Pendapatan dari bisnis ini bisa terefleksikan mulai kuartal kedua tahun ini. Ini juga merupakan efek dari kebijakan pemerintah yang ingin memenuhi konten lokal dan asas cabotage dalam aktivitas kapal, khususnya aktivitas kapal oil & gas dalam negeri,” tulis Willinoy dalam riset 4 April lalu.

Di tengah sentimen positif yang berasal dari faktor internal ELSA, menurut Destya lebih cocok sell ELSA dengan target harga Rp 484 per saham. Belum ada valuasi lanjutan dari Willinoy.

Terakhir dia merekomendasikan buy ELSA dengan target harga Rp 400 per saham. Sementara, analis DBS Vickers Securities William Simadiputra memberikan rating fully valued, target harga Rp 400 per saham.

http://investasi.kontan.co.id/news/prospek-elsa-di-balik-diversifikasi-bisnis
Sumber : KONTAN.CO.ID

new-chin-year-dragon-02

JAKARTA ID – PT Elnusa Tbk (ELSA) bakal mengerem ekspansi akibat berlanjutnya penurunan harga minyak dunia. Pengurangan ekspansi ini sejalan dengan keputusan sebagian besar produsen minyak untuk menurunkan ekspansi tahun ini.

 

Direktur Keuangan Elnusa Budi Rahardjo mengungkapkan, perseroan awalnya berencana mencari dana hingga Rp 1 triliun untuk memenuhi kebutuhan seluruh investasi tahun ini. Namun keinginan ini bakal tertunda akibat industri minyak masih turun. Perseroan juga tidak bisa terlalu agresif membeli aset.

 

“Aset dapat menjadi mesin penghasil uang apabila industri sedang bagus. Sebaliknya saat industri sedang lesu, aset bisa menjadi beban. Oleh karena itu, kami memutuskan tidak agresif membeli aset tahun ini,” ujarnya di Jakarta, pekan lalu.

 

Perseroan, menurut Budi, sudah melakukan penyesuaian nilai aset (impairment) beberapa kali akibat penurunan harga minyak. Tahun ini pun, perseroan akan merealisasikan impairment.

Terkait rencana ekspansinya di Iran, Budi menjelaskan, perseoan tetap berusaha untuk mendapatkan kontrak. Meski, hal tersebut dinilai masih sulit. “Mungkin kontrak luar negeri yang dapat bukan Iran duluan, tetapi Brunei,” ujarnya.

kata tjuta ozSMALL

Di negara ini, perseroan bakal menggarap proyek studi seismic onshore. Sementara itu, Elnusa bakal bekerjasama dengan Chevron dan PT Pertamina untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga flare gas. Kedua perusahaan nantinya menyediakan flare gas dan perseoran menjadi operator pembangkit listriknya.

 

Direktur Utama Elnusa Tolingul Anwar mengatakan, perseroan didorong oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mengembangkan teknologi tersebut. Selama ini,flare gas adalah limbah yang selalu menjadi isu lingkungan.

 

“Sekarang akan kita manfaatkan menjadi tenaga listrik,” jelasnya.

 

Proses pengembangan pembangkit listrik tenaga flare gas tergolong progresif. Menurut dia, perseroan sedang mempersiapkan administratif dengan pihak-pihak terkait, termasuk dengan perusahaan luar negeri yang menjadi mitra dalam mengembangkan proyek itu.

 

Potensi flare gas di Indonesia mencapai 200 million standard cubic feet of gas per day (mmscfd). Anwar memandang jumlah itu cukup potensial karena setiap 0,5 mmscfd gas flare bisa memproduksi listrik sebesar 700 Kilo Volt Ampere (KvA) – 800 KvA. “Jadi sangat signifikan,” jelasnya. (fik)

Emoticons0051

JAKARTA ID – PT Elnusa Tbk (ELSA) bakal bekerjasama dengan Chevron dan PT Pertamina untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga flare gas. Nantinya, kedua perusahaan tersebut akan menyediakanflare gas dan perseroan menjadi operator pembangkit listriknya.

Direktur Utama Elnusa Tolingul Anwar mengungkapkan, pihaknya didukung oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) untuk mengembangkan teknologi tersebut. Selama ini, flare gas adalah limbah yang selalu menjadi isu lingkungan.

“Sekarang akan kami manfaatkan menjadi tenaga listrik,” jelasnya di Jakarta, Kamis (28/4).

Dia melanjutkan, proses pengembangan pembangkit listrik tenaga flare gas cukup progresif. Perseroan sedang dalam persiapan administratif dengan pihak-pihak terkait, termasuk dengan perusahaan luar negeri yang bakal menjadi mitra dalam mengembangkan proyek tersebut.

Potensi flare gas di Indonesia mencapai 200 million standard cubic feet of gas per day (mmscfd). Anwar memandang jumlah itu cukup potensial karena setiap 0,5 mmscfd gas flare bisa memproduksi listrik sebesar 700 Kilo Volt Ampere (KvA) – 800 KvA. “Jadi sangat signifikan,” jelasnya.

Menurut Anwar, pembangkit listrik tenaga flare gas dapat menggantikan pembangkit listrik tenaga diesel milik perusahaan-perusahaan minyak. Sehingga, perusahaan-perusahaan tersebut dapat lebih efisien dan membuat perusahaan migas bisa lebih kompetitif.

Namun, Anwar mengungkapkan bahwa flare gas terdapat di sumur-sumur terpencil sehingga perseroan membuat pembangkit listrik portable. Selain itu, produksi flare gas juga tidak kontinyu karena cepat habis. Perseroan akan membuat pembangkit listrik jenis itu di berbagai wilayah di Indonesia yang memiliki flare gas.

Apabila flare gas di satu sumur habis, maka perseroan akan memindahkan pembangkit listriknya ke sumur lain yang masih memproduksi flare gas. Elnusa akan membangun pembangkit listrik melalui anak usahanya di sektor pembangkit listrik.

Anwar memandang bahwa kondisi indusri migas global saat ini masih lemah. Tetapi dia optimistis bahwa masih ada peluang di industri tersebut. Sementara itu, pemegang saham sepakat untuk menggunakan 20% dari laba bersih perseroan tahun lalu atau sebesar Rp 75 miliar sebagai dividen. Jumlah itu setara dengan Rp 10,2 miliar per saham. Manajamen perseroan menjelaskan, dividen bakal dibagikan paling lambat pada awal Juni tahun ini.

big-dancing-banana-smiley-emoticon

Logo Baru Elnusa Menuju Energy Services Company
Posted on September 13, 2013 by Eva Martha Rahayu
SWA
Bertepatan dengan hari jadinya yang ke-44 tahun, PT Elnusa Tbk. meluncurkan logo dan identitas baru perusahaan sebagai pertanda perubahan visi – misi dan tekad manajemen untuk menjadi perusahaan terpercaya di bidang jasa industri energi.

Selain peluncuran logo baru, Elnusa pun merilis ‘Elnusa Care’ , ‘Elnusa Office Longue’, ‘Equipment is My Life,‘Elnusa Project Monitoring System, acara talk show HSE Sharing Knowledge dan penganugerahan QHSE Awards, serta program CSR Bantuan Beasiwa dan Santunan Dhuafa.

“Perayaan HUT ke-44 Elnusa ini adalah yang terbesar sepanjang sejarah sejak berdiri dan melibatkan lebih banyak karyawan secara langsung termasuk yang di daerah operasi via video teleconference. Hal ini bukan tanpa alasan, karena pada ulang tahun kali ini meluncurkan logo dan identitas baru perusahaan yang sejalan dengan visi dan misi baru serta memperteguh business repositioning Elnusa sebagai perusahaan jasa energi terpercaya,” kata Elisa Massa Manik, Presiden Direktur PT Elnusa Tbk.

Selain itu, tahun 2013 juga ditetapkan sebagai Tahun Sumber Daya Manusia (Year of HR) yang berfokus pada peningkatan kompetensi, daya saing dan integritas setiap insan Elnusa.

Elnusa Care dengan nomor telepon hotline 500 545, sebuah layanan call center dan informasi untuk seluruh karyawan Elnusa mengenai benefit-benefit yang terkait dengan karyawan, seperti asuransi jiwa dan kesehatan, informasi rumah sakit, bantuan kelahiran, pemakaman, pengembangan SDM, pelatihan, karir, profil kompetensi, kesejahteraan karyawan, penyelesaian perselisihan, dsb.

Elnusa Office Longue adalah sebuah fasilitas berkantor di gedung Graha Elnusa di lantai 8 yang didedikasikan khusus untuk para karyawan yang bekerja di daerah operasi manakala mereka sedang bertugas di kantor pusat Jakarta. Berbagai fasilitas seperti ruang kerja komputer, locker room, family room with cable TV, meeting room, library, pantry, ruang lesehan serta meja kursi ala longue dengan wi-fi untuk mereka rileks sambil berdiskusi.

Dijelaskan Elisa, logo baru Elnusa ini awalnya telah melalui proses survei opini karyawan, direksi dan segenap stakeholder Elnusa yang mengerucut kepada tiga hal pokok yaitu Integritas, Energi, dan Independen.

Struktur bentuk logo bulat, bermakna dinamis dan sempurna. Elnusa sebagai perusahaan jasa, memiliki semangat dan kekuatan besar yang secara dinamis berperilaku responsif, adaptif, dan inovatif untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kesempurnaan adalah komitmen dan integritas Elnusa untuk membangun negeri melalui bisnis energy services.

Konfigurasi gradasi ketebalan garis menciptakan impresi kecepatan berputar yang mengartikulasikan continuous improvement dalam penguasaan teknologi, peningkatan mutu sumberdaya insani, yang menghasilkan profesionalisme yang terpercaya guna mengakselerasi pertumbuhan bisnis dan pengembangan usaha.

Logo baru
Komposisi warna yang terdiri dari biru, merah, dan hijau merupakan cerminan karakteristik dan nilai Elnusa. Biru: teknologi, modern, dan synergy. Merah: energi, semangat, dan respectful (dapat diandalkan). Hijau: humanis, ramah lingkungan dan clean (jujur, integritas).

Tulisan ‘elnusa’ sebagai ‘logotype Elnusa’ menggunakan huruf Frutiger SAIN Bd v.1, memberi kesan ramah (lowercase/huruf kecil) dan tegas (bold/tebal).

Elnusa adalah perusahaan jasa energi terpadu, dengan kompetensi inti di jasa hulu migas yaitu jasa seismik (geoscience services), jasa pemboran (drilling services) dan jasa pemeliharaan lapangan migas (oilfield services). Saat ini Elnusa melayani perusahaan migas nasional mau pun multinasional, antara lain Pertamina Group, Total E&P Indonesie, Chevron, dan Vico Indonesia.

Kini, Elnusa memiliki 6 anak perusahaan yang bergerak dalam bisnis jasa hilir migas dan jasa penunjang migas. Saham ELNUSA saat ini dimiliki oleh PT Pertamina (Persero), dan PT Benakat Petroleum Energy Tbk serta sebagian oleh publik. (EVA)

doraemon
Topsaham – PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Elnusa Patra Ritel mendidrikan anak perusahaan baru bernama PT Elnusa Trans Samudera pada akhir pekan lalu. Anak perusahaan bergerak di bidang jasa marine support, yang secara spesifik memeberikan jasa pendukung operasional kegitan perusahaan yang bergerak di bidang energi lepas pantai, termasuk perusahaan di bidang minyak dan gas (migas).

Kepemilikan saham perseroan di anak perusahaan baru itu sebesar 90 persen. Transaksi pendirian anak perusahaan baru itu merupakan transaksi afiliasi yang dikecualikan sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Bapepam & LK tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan kepentingan Transaksi Tertentu.

Dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (12/11/2013) disebutkan, Elnusa sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini membukukan laba bersih mencapai Rp117,8 miliar atau naik 48 persen dari Rp79,5 miliar pada kuartal III tahun sebelumnya. Laba bersih tersebut sekitar 85,36 persen dari target perseroan hingga penghujung tahun ini sebesar Rp138 miliar.

Perseroan juga telah mendapatkan total kontrak senilai USD105 juta dari segmen jasa seismik atau eksplorasi. Kontrak baru itu diperoleh pada bulan Agustus 2013. Sebanyak 70 persen nanti carry over ke tahun berikutnya. Dengan adanya tambahan kontrak baru ini, diharapkan seismik tahun depan bisa memperoleh sekitar USD160-180 juta.

http://www.topsaham.com/new1/index.php?option=com_content&view=article&id=9341:elnusa-bentuk-perusahaan-baru-&catid=39:makro

Sumber : TOPSAHAM.COM

elsa berekspansi, seh @2012, 2017 … 231211_050117

Jakarta ID- PT Elnusa Tbk (ELSA) bakal menyiapkan belanja modal (capital expenditure/ capex) senilai Rp 1 triliun tahun depan. Dana tersebut akan dimanfaatkan mendanai proyek berjalan perseroan tahun 2017.

Direktur Keuangan Elnusa Budi Rahardjo mengatakan, meskipun dianggarkan senilai Rp 1 triliun tahun depan, perseroan kemungkinan tidak menyerap seluruh anggaran tersebut dalam setahun. “Kemungkinan yang terserap tahun depan hanya mencapai Rp 500 miliar,” ungkapnya di Jakarta, baru-baru ini.

Lebih lanjut, dia menjelaskan, perseroan akan berhati-hati dalam berinvestasi tahun depan, menyusul belum adanya tender baru. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir kerugian akibat belum pulihnya harga minyak global.

Terkait penyerapan belanja modal tahun ini, dia menjelaskan, hanya mencapai Rp 100 miliar hingga November 2016 dan diharapkan naik menuju level Rp 350 miliar hingga akhir tahun. Minimnya penyerapan tersebut tidak lepas dari belum pulihnya aktivitas migas dipicu penurunan harga minyak dunia.

Dia melanjutkan, penurunan harga minyak tidak membuat perseroan pesimistis terhadap kinerja keuangan. “Dengan keunggulan positioning dan diversifikasi usaha, kami tetap yakin terhadap bisnis perusahaan ke depan,” terangnya.

Diversifikasi terlihat dari pertumbuhan pendapatan jasa seismik, operation maintenance, dan jasa distribusi logistik. Menurut dia, ketiga usaha tersebut menjadi penopang utama bisnis perseroan tahun ini. Hingga kuartal III – 2016, Elnusa sudah mengantongi keseluruhan nilai kontrak jasa hulu migas sebesar US$ 388 juta dengan periode pengerjaan hingga beberapa tahun mendatang.

Sedangkan kontrak baru yang diraih perseroan tahun ini sebesar US$ 77 juta berasal dari jasa operation maintenance dengan kontributor utama sebesar 57% dari total kontrak baru. Jasa seismik darat berhasil membukukan performa baik dengan tumbuh sebesar 8% dari proyek 3D seismik di Jawa Barat.

Tahun depan, Elnusa juga telah siap melakukan pekerjaan seismik di beberapa daerah, di antaranya Jawa Timur, Kalimantan Tengah dan Sumatera Selatan. Jasa seismik laut yang dalam beberapa tahun ke belakang tidak aktif, kini sudah siap kembali beroperasi melalui investasi teranyar Elnusa yaitu kapal seismik ELSA Regent, salah satunya adalah proyek seismik 2D di Laut Jawa.

Dari sisi kinerja keuangan, dia menjelaskam, pendapatan usaha Elnusa terkoreksi sebesar 3,7% menjadi senilai Rp 2,5 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 2,6 triliun. Laba bersih turun menjadi Rp 178 miliar. Penurunan dipicu atas koreksi pendapatan usaha juga turut dibebani oleh dampak kerugian selisih kurs sebesar Rp 22 miliar, berbanding terbalik dengan periode sebelumnya. “Meskipun demikian, capaian kinerja positif tetap terjaga pada laba usaha dan EBITDA yang tumbuh lebih dari 13% sebagai hasil dari efektivitas dan efisiensi di level operasional,” papar Budi Rahardjo.

 

Investor Daily

Muhammad Rausyan Fikry/MHD

Investor Daily

 

ELSA kembali membidik kontrak baru senilai USD138,74 juta untuk tahun 2012 setelah mendapatkan kontrak sebesar USD182,26 juta untuk tahun 2012.

Sumber : IPS RESEARCH
JAKARTA. PT Elnusa Tbk (ELSA) menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) secara konsolidasi untuk 2012 mendatang sebesar US$ 55 juta. “Tapi yang untuk ELSA sendiri hanya US$ 39,5 juta dan sisanya di anak usaha. Dimana mereka sendiri yang mencari pendanaannya,” kata VP Corporate Secretary ELSA Heru Samodra di Jakarta, Jumat (23/11).

Pendanaan bagi capex ELSA akan didanai dari pijaman perbankan serta kas internal. Dari US$ 39,5 juta tersebut, paling tidak ELSA sudah mengamankan dana sekitar US$ 19,5 juta yang berasal dari kas internal dan pinjaman. Sebagai catatan saja, ELSA telah mendapat pinjaman baru senilai US$ 9 juta untuk capex tahun depan dari PT Bank Central Asia Tbk dan sindikasi perbankan separti Indonesia Eximbank selaku lead arranger, Bank Chinatrust Indonesia, Bank Mizuho Indonesia dan Bank of China.

“Untuk sisa US$ 20 juta akan dibiayai dari project financing,” tambah Heru.

Capex milik anak usaha PT Pertamina ini akan lebih banyak digunakan untuk sektor oilfield services sebesar US$ 34,6 juta. Sementara untuk sektor lain yang mendukung diberikan dana senilai US$ 4,9 juta.

Tahun depan ELSA tidak menganggarkan capex bagi sektor geoscience services dan drilling services. Padahal tahun ini, ELSA telah menggunakan capex untuk kedua sektor tersebut masing-masing US$ 22,4 juta dan US$ 3,3 juta. “Kami kan tahun ini sudah fokus ke geoscience dan sekarang biar seimbang ya kami juga berikan ke sektor lainnya,” pungkas Heru.

http://investasi.kontan.co.id/v2/read/1324629838/86062/ELSA-anggarkan-capex-sebesar-US-55-juta-di-2012-

Sumber : KONTAN.CO.ID
Jakarta – PT Elnusa Tbk (ELSA) telah mengantongi kontrak sebesar US$182,26 juta untuk tahun 2012. Kontrak tersebut merupakan proyek jasa hulu migas.

“Ada tiga kontrak proyek jasa hulu migas di tahun 2012, kontrak tersebut sudah kita dapatkan sekitar 57 persen atau sama dengan 182,26 juta dolar AS,” ujar Sekretaris Perusahaan Elnusa Heru Samodra di Gedung Elnusa, Jakarta, Jumat, (23/12).

Adapun tiga kontrak proyek hulu migas tersebut, lanjutnya, didapat dari jasa geoscience (geoscience services) sebesar US$97,46 juta, untuk jasa pengeboran (drilling services) sebesar US$16,66 juta, dan jasa lapangan migas (oildfield services) sebesar US$68,14 juta.

“Kita harapkan supaya kontrak yang sudah didapatkan sebesar 57 persen dapat terlaksana dari target revenue (pendapatan) hulu migas di tahun 2012 mendatang,” tandasnya.

http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1811125/elsa-sudah-kantongi-kontrak-us182-jt-untuk-2012

Sumber : INILAH.COM

bisnis seismik @elsa … 180411_231116

ets

JAKARTA–Perolehan kontrak baru emiten minyak dan gas PT Elnusa Tbk. masih jauh dari target sepanjang tahun ini seiring dengan penurunan jasa drilling & oilfield services sebesar 28% year-on-year.

Manajemen Elnusa dalam laporan kepada PT Bursa Efek Indonesia, Selasa (22/11/2016), menyebutkan perseroan membidik total proyek yang akan direalisasikan hingga akhir tahun mencapai US$171,9 juta.

Total kontrak baru yang telah tercapai hingga akhir September 2016 mencapai US$76,8 juta. Pencapaian itu baru merealisasikan 44,67% dari total target sepanjang periode 2016.

Dari total kontrak baru tersebut, sebanyak US$69 juta merupakan segmen drilling & oilfield, dan sisanya US$7,8 juta dari segmen seismik.

Jika dirinci, kontribusi pendapatan perseroan hingga kuartal III/2016, terdiri dari 43% dari divisi transportasi logistik, 34% dari drilling & oilfield services, sebesar 17% dari jasa seisimik, dan sisanya 7% dari jasa lainnya.

Koreksi terbesar terjadi pada segmen drilling & oilfield services sebesar 28% yoy dari Rp1,17 triliun menjadi Rp852 miliar. Margin kotor divisi ini juga merosot dari 26% menjadi 19%.

Sebaliknya, divisi transportasi logistik mengalami peningkatan 16% dari Rp1,21 triliun menjadi Rp1,34 trilun. Margin kotor juga tumbuh dari 13% menjadi 16%.

Sementara, divisi jasa seismik tumbuh 8% menjadi Rp421 miliar dari Rp390 miliar dalam sembilan bulan 2015. Margin segmen ini meningkat dari 10% menjadi 18%.

Manajemen menyebutkan, pendapatan dari segmen drilling & oilfield services sebesar 28% diakibatkan oleh berhentinya kontrak bisnis drilling. Namun, perseroan fokus mengoperasikan bisnis perawatan untuk menyeimbangkan perlambatan di industri hulu.

Emiten bersandi saham ELSA itu tercatat memiliki kontrak carry over dari 2015 senilai US$311,1 juta. Kontrak itu terdiri dari drilling & oilfield services senilai US$241,6 juta dan jasa seismik US$69,5 juta.

“Total kontrak carry forward akan mencapai US$216 juta,” tulis manajemen Elnusa.

Emiten yang mayoritas sahamnya digenggam oleh PT Pertamina (Persero) dan Dana Pensiun Pertamina itu mencatatkan penurunan pendapatan 3,7% hingga kuartal III/2016 menjadi Rp2,52 triliun dari Rp2,62 triliun. Beban pokok pendapatan berhasil ditekan 3,9% menjadi Rp2,09 triliun.

Akhirnya, laba kotor masih terkoreksi 2,6% menjadi Rp430 miliar dari Rp441 miliar. Sebaliknya, laba operasional naik 13,6% menjadi Rp281 miliar dari Rp247 miliar dan EBITDA naik 13,1% menjadi Rp505 miliar.

Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk mencapai Rp178 miliar atau merosot 21,4% dari Rp226 miliar pada kuartal III/2015. Koreksi laba bersih terjadi akibat rugi selisih kurs senilai Rp22 miliar dibandingkan dengan laba kurs Rp68 miliar tahun lalu.

Pendapatan perseroan terkoreksi sebagai akibat perlambatan aktivitas di sektor minyak dan gas, terutama pada bisnis jasa drilling ELSA. Kas dan setara kas yang dimiliki ELSA juga terkoreksi 22,8% menjadi Rp670 miliar dari Rp868 miliar.

Budi Rahardjo, Direktur Keuangan ELSA, menuturkan perseroan membukukan peningkatan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar 9,2% menjadi Rp145 miliar dari Rp133 miliar. Penurunan juga terjadi pada pendapatan usaha sebesar 5,1% menjadi Rp1,71 triliun pada paruh pertama tahun ini.

“Kondisi perekonomian global dan harga minyak memang belum cukup stabil, sehingga berdampak pada penurunan pendapatan usaha kami,” katanya belum lama ini.

Perolehan laba bersih ELSA pada paruh pertama tersebut merefleksikan 28% dari proyeksi konsensus sepanjang tahun. Sedangkan, perolehan pendapatan ELSA mencerminkan 46% dari estimasi konsensus.

Pada perdagangan Selasa (22/11/2016), saham ELSA ditutup naik 3,29% sebesar 14 poin ke level Rp440 per lembar. Imbal hasil saham ELSA mencapai 78,14% year-to-date dengan kapitalisasi pasar Rp3,21 triliun.

http://market.bisnis.com/read/20161123/192/605325/kontrak-baru-elnusa-elsa-jauh-dari-target
Sumber : BISNIS.COM

buttrock

JAKARTA kontan. PT Elnusa Tbk (ELSA) sudah membeli satu kapal seismik berukuran jumbo. Saat ini perusahaan ini juga mengklaim sudah dapat potensial klien untuk memakai kapal tersebut dalam pencarian minyak dan gas di lepas pantai.

Asal tahu saja, pada 2011,  ELSA sudah pernah berbisnis kapal seismik dengan membentuk usaha patungan bernama PT Elnusa CGGVeritas Seismic (ECS). Namun, pada 2013, ELSA menyatakan ingin melego 51% saham ECS yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Fajriyah Usman, Sekretaris Perusahaan ELSA mengatakan, saat ini pihaknya tengah mempersiapkan pengoperasian kapal seismik yang juga akan memiliki kemampuan untuk melakukan survei geologi dan geofisika, survei lingkungan dan perikanan.

Pengoperasian kapal tersebut akan menggunakan 10 streamer yang ditarik pada buritan kapal seismik. Kapal ini diharapkan siap beroperasi pada akhir kuartal IV tahun ini. Dengan beroperasinya kapal ini pendapatan ELSA pada tahun depan diprediksi akan meningkat 40%.

“Kapal seismik masih dipersiapkan di Batam lagi drydock, soalnya kan ada peralatan-peralatan yang mesti diinvestasikan juga. Kan itu kapal dari luar negeri, kami sudah ubah berbendera Indonesia dan minggu depan baru mau sea trial,” lanjutnya ke KONTAN, Jumat (7/10).

Saat ini, memang kapal seismik masih tahap persiapan sembari menunggu kontrak yang tengah dilakukan penjajakan. Ia mengatakan, tentunya kondisi kapal harus prima sebelum melakukan pekerjaan, yang jelas pada akhir tahun dirinya meyakini kapal seismik akan bisa beroperasi.

Kapal tersebut diklaim bisa melihat kedalaman hingga 10 km, dan merupakan kapal seismik terbesar dan termodern yang beroperasi di Indonesia. Selain itu, di bisnis perawatan operasional atawa operation maintenance ELSA juga masih rajin mengkuti tender−tender besar, sembari melakukan berbagai efisiensi untuk menjaga margin laba.

Sri Purwanto, Head Of Corporate Communications ELSA menambahkan, dengan ada penambahan kapal seismik tentunya aset ELSA di sektor jasa migas semakin lengkap, sebab sebelumnya perusahaan sudah memiliki delapan kapal jenis barge berbagai tipe.

Sri optimistis saat ini ada proyek potensial yang bisa digarap oleh kapal seismik terbaru. Namun dirinya enggan memberikan informasi siapa saja klien yang akan menggunakan jasa kapal seismik itu dan investasi membeli kapal tersebut. “Lebih dari dua,” ungkap dia.

Namun yang jelas tahun depan jasa seismik bakal lebih menggeliatkan bisnis PT Elnusa Tbk dan memperkuat bisnis.

ets-small

PT Elnusa Tbk (ELSA) mengincar pendapatan dari lini bisnis seismic marine sebesar US$ 55 Juta. Dalam mengejar target tersebut, ELSA menggandeng CGGVeritas meluncurkan kapal seismik.

“Perseroan intensif mengembangkan kekuatan di jasa seismic marine sejalan kebutuhan eksplorasi cadangan-cadangan migas di lokasi lepas pantai dan laut dalam,” kata Direktur Utama Elnusa Suharyanto dalam siaran persnya, Senin (18/4/2011).

Menurutnya, operasi kapal seismik sepenuhnya dilakukan Elnusa bersama CGGVeritas yang membentuk Joint Venture (JV) Company. CGGVeritas adalah perusahaan jasa seismik multinasional yang berkantor pusat di Perancis.

“Perseroan berkesempatan untuk meraih pasar lokal maupun regional yang sangat potensial dengan target peroleh pendapatan dari bisnis seismic marine ini sebesar US$ 55 juta,” tambahnya.

Pembentukan JV Company untuk mengoperasikan kapal seismik merupakan bagian dari strategi usaha jangka panjang perseroan untuk fokus pada jasa hulu migas terintegrasi.

“Kerja sama CGGVeritas dengan Elnusa sebagai market leader jasa seismik di Indonesia adalah untuk menjawab tantangan pasar offshore Indonesia yang sangat potensial,” kata CEO CGGVeritas, Jean-George Malcor.

Sumber: detikcom

el$4 n harga minyAk … 120412_010616

new-chin-year-dragon-02

Bareksa.com – Harga saham sejumlah emiten pertambangan telah naik cukup signifikan sepanjang empat bulan terakhir ini. Penguatan tersebut tidak terlepas dari sentimen positif harga minyak mentah dunia yang mempengaruhi harga komoditas tambang lainnya termasuk mineral dan batu bara.

Mengutip data Bloomberg, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) telah naik hingga 88 persen dalam jangka waktu hampir empat bulan. Pada penutupan perdagangan Jumat 27 Mei 2016, harga minyak WTI telah mencapai US$49,33 per barel, dibandingkan level terendah tahun ini $26,21 per barel pada 11 Februari.

Grafik: Pergerakan Harga Minyak (WTI)

Sumber: Bloomberg.com

Pada periode yang sama, kenaikan harga minyak diikuti oleh kenaikan harga saham emiten pertambangan. Dalam sektor pertambangan, penguatan tertinggi dipimpin oleh emiten pengolah timah PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) yang harganya naik hingga 388 persen menjadi Rp240 dari sebelumnya Rp50. Lalu, harga saham perusahaan jasa migas PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 185 persen menjadi Rp585 dari sebelumnya Rp207. (Baca juga: Saham ELSA Anjlok 6,8%; Selalu Sejalan dengan Harga Minyak Dunia?)

Harga saham emiten mineral PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan produsen batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) juga naik, masing-masing sebesar 94 persen dan 77 persen. Harga saham ANTM kini berada di level Rp680 dari sebelumnya Rp353. Sementara harga saham ITMG naik menjadi Rp8.800 dari sebelumnya Rp4.860.

Grafik: Pergreakan Harga Saham Pertambangan 11 Februari-27 Mei 2016

Sumber: Bareksa.com

Menurut Analis Avrist Asset Management, Billy Nugraha, membaiknya harga minyak, terangkat oleh laporan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang menunjukkan cadangan minyak Negeri Paman Sam terus berkurang hingga 4,2 juta barel pada 20 Mei. “Dampak kebakaran di Kanada mulai berpengaruh terhadap jumlah cadangan minyak AS. Jika penurunannya tajam, maka harga minyak dunia bisa mencapai lebih dari US$50 nantinya,” ujarnya kepada Bareksa.com

Mengutip Reuters, penurunan cadangan minyak AS diperkirakan mencapai 2,5 juta barel, menjadi 538,8 juta barel untuk pekan yang berakhir 20 Mei. American Petroleum Institute (API) akan merilis data jumlah cadangan minyak AS sebelum pernyataan resmi dikeluarkan pemerintah Negeri Paman Sam pada beberapa hari ini

Faktor lainnya adalah pelemahan dolar  juga ikut mendorong naiknya harga minyak dunia dan komoditi lainnya seperti emas. “Selain itu, The Fed nampaknya hingga saat ini belum memberi sinyal akan menaikkan suku bunga dalam waktu dekat, sehingga dollar melemah dan mengakibatkan hanrga minyak dan emas naik,” kata Billy.

kata tjuta ozSMALL

Hingga jam10.30 pada hari ini (Jumat, 29 Januari 2015) harga saham
PT Elnusa Tbk (ELSA) naik signifikan sebesar 7,7 persen menjadi Rp237
dari sebelumnya Rp220.

Menggeliatnya harga ELSA tak lepas dari naiknya harga minyak dunia yang
pada penutupan kemarin meningkat sebesar 4,4 persen menjadi $33,72 per
barel dari sebelumnya $32,30 per barel.(bareksa/ay)

Image
Harga minyak mentah kembali jatuh di bawah batas psikologis $30 per barel,
setelah sempat beberapa waktu lalu sempat naik menyentuh harga US$ 32,9
per barel. Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah jenis West Texas
Intermediate (WTI) tercatat 29,70 per barel atau telah anjlok 8 persen dibandingkan
tanggal 22 Januari 2016 lalu.
Harga minyak mentah dunia diperkirakan masih akan dinaungi sentimen negatif. Manajer
investasi Aberdeen Asset Management di Singapura, Christoper Wong menuturkan pasar
minyak mentah dunia dan China tetap menjadi sumber kekhawatiran investor.(bareksa/ay)read more…

Emoticons0051

Harga minyak dunia mulai berbalik arah naik (rebound). Pada penutupan
perdagangan kemarin, 22 Januari 2016, harga minyak West Texas Intermediate
(WTI) naik 24 persen dari US$26,55 per barel, level terendah dalam 12 tahun,
menjadi US$ 32,9 per barel.

Di Jakarta, kenaikan harga minyak ini mendorong pergerakan harga sejumlah
saham khususnya saham-saham emiten minyak dan gas.

Pada perdagangan pagi ini (Senin, 25 Januari 2016), jam 10.40 harga saham
PT Elnusa Tbk (ELSA) naik 8,5 persen menjadi Rp205 dari sebelumnya Rp189.(bareksa/ay)read more…

big-dancing-banana-smiley-emoticon

JAKARTA. Rebound harga minyak menyokong pergerakan saham-saham energi. Tak heran, mayoritas saham yang bergerak di bisnis energi melaju pada perdagangan pagi ini.

Salah satunya, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC). Saham perusahaan minyak terbesar di Indonesia ini reli 2,47% ke posisi Rp 2.075 per saham pada pukul 10.05 di Jakarta.

Sementara, saham penyedia jasa di sektor perminyakan, PT Elnusa Tbk (ELSA) juga maju 1,02% ke level Rp 198 per saham.

Bloomberg mencatat, sampai saat ini, UBS Securities Indonesia paling banyak memboyong saham ini, yaitu mencapai Rp 1,91 miliar. Sedangkan, broker terbanyak membeli saham ELSA yaitu ETrading Securities dengan nilai pembelian sebesar Rp 220,25 juta.

Kemarin, harga minyak mentah WTI melejit 1,7% ke US$ 102,70 per barel di New York. Harga emas hitam ini mendaki dari level terendah dalam delapan pekan.

http://investasi.kontan.co.id/news/laju-harga-minyak-topang-medc-elsa/2012/04/12

Sumber : KONTAN.CO.ID

dirut baru @EL$A … 090514_100316

rose KECIL

IMQ, Jakarta —  PT Elnusa (Persero) Tbk mengumumkan telah menerima surat pengunduran diri Direktur Utama Syamsurizal Munaf pada 2 Maret 2016.

“Selanjutnya sesuai dengan peraturan OJK Nomor 33/POJK.04/2015, perseroan akan mengadakan RUPS untuk memutuskan pengunduran diri tersebut,” tutur VP Sekretaris Perusahan Fajriyah Usman melalui keterangan resmi yang dirilis akhir pekan lalu.

Berdasarkan laman resmi Elnusa, Syamsurizal diangkat sebagai pimpinan Elnusa pada Mei 2014, menggantikan Elia Massa. Syamsurizal pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan Medco Energy International.

Syamsurizal salah satu alumnus Institut Teknolog Bandung jurusan Teknologi Sipil dan pernah mengecap pendidikan Master of Business Administration dari Prasetya Mulya Business School.

Pada 2015, Elnusa mencatat laba bersih sebesar Rp375 miliar, turun 11,84% dibandingkan capaian tahun sebelumnya Rp426 miliar. Kondisi ini disebabkan oleh melemahnya pendapatan usaha sekitar 10,6% menjadi Rp3,7 triliun.

Struktur neraca Elnusa dengan posisi kas yang mencapai Rp935 miliar dan kas atas hasil operasi sebesar Rp424 miliar.

Author: Susan Silaban

bird

Sindonews.com – Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) PT Elnusa Tbk (ELSA) menyetujui pergantian pengurus perseroan. Elnusa mengganti Direktur Utama Elia Massa, yang habis masa jabatannya.

“Perubahan pengurus perseroan, Direktur Utama Elia Massa habis periodenya hari ini dan beliau tidak melanjutkan,” kata Corporate Secretary ELSA Fajriah Usman usai RUPST di Ritz Carlton Jakarta, Jumat (9/5/2014).

Pemegang saham juga menyetujui pengangkatan Syamsurizal Munaf sebagai Direktur Utama. Sebelumnya Syamsurizal menjabat sebagai CFO dan Direktur Medco Energy International.

Selain itu, Komisaris Independen Tri Siwindono mengundurkan diri, dan digantikan oleh Rinaldy Firmansyah. Rinaldy pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Direktur Telkom.

Dengan demikian, susunan pengurus persero menjadi:

Dewan Komisaris
Komisaris Utama: Luhur Budi Djatmiko.
Komisaris Independen: Pradana Ramadhian.
Komisaris Independen: Rinaldi Firmansyah.
Komisaris: Hadi Budi Yulianto Komisaris : R Gunung Sardjono Hadi.

Direksi
Direktur Utama : Syamsurizal Munaf
Direktur Operasi : Lusiaga Levi Susila
Direktur Pengembangan Usaha : Tony Soetoro
Direktur Keuangan: Sabam Hutajulu
Direktur SDM dan Umum: Helmy Said

(gpr)

reaction_1

JAKARTA – PT Elnusa Tbk (ELSA) mencatat hingga kuartal I-2014 dana belanja modal (capital expenditure/capex) yang telah diserap mencapai 41,66 persen. Perseroan mencatat total capex hingga akhir tahun sebesar USD120 juta.

VP Corporate Finance Aditya Dewobroto mengatakan, hingga akhir Maret 2014, perseroan sudah menggunakan capex sebesar USD50 juta.

“Capex kita USD120 juta, sebesar USD50 juta kita gunakan untuk Driling & Oilfield Services (DOS),” katanya usai RUPST di Ritz Carlton Jakarta, Jumat (9/5/2014).

Sekadar informasi, perseroan menganggarkan dana capex sebesar Rp1,2 triliun untuk 2014. Dana capex tersebut naik 365 persen dibandingkan investasi sepanjang tahun lalu sebesar Rp328 miliar.

Dana capex sebesar Rp400 miliar untuk bisnis baru perseroan, DOS Rp550 miliar, geosciences sebesar Rp200 miliar dan subsidiaries Rp50 miliar. Dana capex akan diperoleh dari kas internal perseroan dan pinjaman dari beberapa bank.

http://economy.okezone.com/read/2014/05/09/278/982635/elnusa-sudah-habiskan-capex-usd50-juta

Sumber : OKEZONE.COM

PRU @ elsa : 040316 (tlkm BANTU el$A … 300713)

bird

JAKARTA. Kepemilikan PT Prudential Life Assurance (REF) di saham PT Elnusa Tbk (ELSA) menyusut menjadi 9 ,17% atau 668,94 juta lembar saham. Bandingkan dengan kepemilikan saham REF pada Januari 2016 lalu, yang menguasai 9,41% atau 687,17 juta lembar saham ELSA.

“PT Prudential Life Assurance (REF) telah melakukan keterbukaan infromasi sesuai dengan peraturan X.M.1 Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-82/PM/1996 tanggal 17 Januari 1996 tentang keterbukaan informasi pemegang saham tertentu kepada Otoritas Jasa Keuangan,” ujar Fajriyah Usman, VP of Corporate Secretary ELSA pada keterbukaan, Senin (22/2).

Selain REF, saham ELSA juga dimiliki oleh PT Pertamina Persero dan Dana Pensiun Pertamina yang tidak mengalami perubahan. Pertamina masih memiliki mayoritas saham ELSA dengan penguasaan sebanyak 41,10% atau 3 miliar saham dan Dana Pensiun Pertamina menguasai 17,81 atau 1,3 miliar saham.

Lucky Bayu Purnomo, Analis LBP Enteprise mengatakan bahwa saat ini ELSA masih memiliki fundamental yang baik. Secara jangka pendek, penguatan harga minyak dunia akan mendorong ELSA untuk terapresiasi positif, walaupun tahun lalu saham ELSA sudah mengalami penurunan sebesar 40%.

“Fundamental ELSA masih cukup solid, karena mereka ke depan akan menjadikan minyak sebagai barometer untuk mencetak laba. Harga minyak kan mengalami kenaikan setelah kemarin mengalami penurunan. ELSA masih menarik untuk jangka pendek, ke depan 285 karena hari ini ditutup menguat 6,32% ke level 273. Secara jangka panjang itu akan menguji level 310,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (22/2).

Ia mengatakan harga saham terendah ELSA dalam 52 minggu terakhir atau setahun yang lalu sempat menembus level 173 dengan level tertinggi berada pada kisaram 640. Penutupan hari ini di level 273 merupakan kinerja positif bagi ELSA walaupun pertumbuhannya masih dibawah nilai pasar.

“Yang jelas, kinerja ELSA akan terapresiasi karena harga minyak sudah US$ 30 per barel, itu minyak sudah menguat. Sebelumnya minyak sempat berada di bottom line US$ 27 per barel dua kali, pertama di Desember dan kedua, Januari. Ke depan minyak bisa menguat US$ 35 per barel dan akhir tahun bisa tembus US$ 38 per barel,” lanjutnya.

reaction_1

Telkom Beli Saham Patrakom Rp 45,6 Miliar dari Elnusa
Angga Aliya – detikfinance
Selasa, 30/07/2013 07:50 WIB

Jakarta – PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) membeli saham Patrakom dari PT Elnusa Tbk (ELSA) senilai Rp 45,6 miliar. Saham tersebut setara 2,23% dari total ekuitas perseroan.

Seperti dikutip dari keterangan tertulis Telkom, Selasa (30/7/2013), kedua perusahaan sudah melakukan Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham (PPJBS) pada 28 Juni 2013 lalu.

Sebanyak 40.000 lembar saham Patrakom itu sebelumnya milik Elnusa, perusahaan yang 41% sahamnya dikuasai oleh PT Pertamina (Persero).

Penandatanganan Akta Jual Beli akan segera dilaksanakan setelah Patrakom mendapatkan persetujuan dari Kementerian Telekomunikasi dan Informatika terkait perubahan kepemilikan saham.

(ang/ang)

bird

Telkom Beli Saham Elnusa Rp 45,6 Miliar
Angga Aliya – detikfinance
Selasa, 23/07/2013 15:19 WIB

Jakarta – PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) membeli saham PT Elnusa Tbk (ELSA) senilai Rp 45,6 miliar. Saham tersebut setara 2,23% dari total ekuitas perseroan.

Seperti dikutip dari keterangan tertulis Elnusa kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (23/7/2013), kedua perusahan sudah melakukan Penandatanganan Perjanjian Jual Beli Saham (PPJBS) pada 28 Juni 2013 lalu.

Sebanyak 40.000 lembar saham Elnusa itu sebelumnya milik Patrakom yang menguasai 40% saham di perusahaan penyedia jasa di sektor minyak dan gas tersebut.

Penandatanganan Akta Jual Beli akan segera dilaksanakan setelah Patrakom mendapatkan persetujuan dari Kementerian Telekomunikasi dan Informatika terkait perubahan kepemilikan saham.

(ang/dnl)

elsa @AK$1 K0RP0RA$1 … 220814_220216

JAKARTA – Meskipun harga minyak mentah dunia tengah anjlok, namun PT Elnusa Tbk (ELSA) optimistis meningkatkan kinerjanya tahun ini. Perusahaan yang bergerak di sektor minyak dan gas (migas) ini, telah meraih kontrak hingga USD317 juta.

Direktur Utama ELSA Syamsurizal Munaf mengatakan, 90 persen nilai kontrak tersebut merupakan proyek untuk jasa operasi dan maintenance kilang minyak. Dia melanjutkan, kontrak tersebut, merupakan kontrak lama yang berhasil diraih kembali. Menurutnya, di tengah anjloknya harga minyak dunia proyek jasa perawatan dan memaksimalkan kilang minyak tersebut jauh lebih menjanjikan.

“Strategi kita dalam menghadapi minyak yang kurang kondusif, dimana aktifitas di sekitar atau di pengeboran mengalami penurunan. Maka Elnusa masih cukup lincah untuk mencari peluang baru yaitu di sisi operation dan maintenance. ini akan kita perkuat,” ujarnya di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (16/2/2016).

Menurut Syamsurizal, saat ini banyak kilang minyak di Indonesia yang sudah tua, sehingga produktivitas dan efektivitas produksi kilang migas tersebut menurun. Oleh karena itu, Elnusa pun memanfaatkan peluang ini untuk masuk ke dalamnya.

“Dengan harga minyak yang rendah itu biasanya aktifitas subservice menurun, tapi kan fasilitas sudah ada di atas tanah dan mereka perusahaan migas ingin mempertahankan produksinya. Makanya kita lebih memfokuskan lagi bagaimana mendapatkan pekerjaan di service, salah satunya di operation dan maintenance,” imbuhnya.

Syamsurizal mengungkapkan, dari kontrak proyek yang telah diraih salah satunya berasal dari PT Pertamina (Persero). Namun dirinya enggan mengungkapkn berapa nilai kontrak yang didapat dari peusahaan migas Pelat Merah tersebut.

Selain itu, pihaknya juga yakin, tahun ini Elnusa bisa kembali menambah kontrak baru hingga USD20 juta. “Biasanya dari tahun ke tahun kita berhasil additional sekitar USD10-USD20 juta. Karena ini semua multiyears,” pungkasnya.

(mrt)

 

Jakarta ID – PT Elnusa Tbk (ELSA) optimistis laba bersih dan profitabilitas perseroan akhir tahun ini bakal lebih baik dibandingkan dengn pencapaian yang berasal dari operasi tahun lalu. Perseroan optimistis laba bersih pada akhir tahun mampu mencapai minimal Rp 325 miliar.

Direktur Keuangan Elnusa Budi Rahardjo mengungkapkan, kondisi industri perminyakan global yang belum menunjukkan perbaikan. Ditambah masih flukuatifnya situasi perekonomian, membuat kinerja perusahaan-perusahaan minyak dan gas (migas) tertekan.

“Namun Elnusa tetap percaya diri bahwa proyeksi pada akhir 2015 akan membukukan laba bersih tidak kurang dari Rp 325 miliar dan marjin laba bersih tumbuh 15 persen dibandingkan marjin laba bersih dari operasional bisnis Elnusa,” ungkap Budi dalam keterngan resminya, Selasa (1/12).

Dia melanjutkan, tahun lalu selain mencatatkan laba bersih dari operasional, perseroan juga mendapatkan laba dari hasil penjualan aset.

Kinerja baik perseroan tercermin dari proyeksi pencapaian laba dan profitabilitas yang akan tetap terjaga hingga akhir tahun ini. Marjin laba operasi dan marjin Ebitda diperkirakan juga akan mampu tumbuh dari tahun sebelumnya.

Proyeksi tersebut optimstis tercapai karena semua proyek seismik yang perseroan dapatkan sudah mulai berjalan akhir tahun ini. Seperti diberitakan sebelumnya, Elnusah memenangkan proyek seismik senilai US$ 86 juta pada 2015, untuk jangka waktu proyek paling lama dua tahun dengan marjin laba yag cukup tinggi.

Selain itu, kontribusi dari bisnis utama lain yaitu drilling and oilfield services yang sampai saat ini masih tinggi kebutuhannya di industri migas dalam negeri.

Budi menambahkan, Elnusa sebagai perusahaan jasa migas diyakini memiliki daya saing yang tetap unggul dibandingkan dengan kompetitornya. Hal tersebut membuat perseroan di tengah dinamika industri saat ini masih mampu memberikan nilai tambah kepada pemegang saham.

Investor Daily

Muhammad Rausyan Fikry/FMB

Investor Daily

JAKARTA kontan. Kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih lesu darah tak menyusutkan upaya korporasi Indonesia untuk mendulang cuan. Lihat saja langkah PT Elnusa Tbk (ELSA) yang terus berupaya mengais kontrak baru untuk mengisi pundi-pundi penghasilan mereka.

Salah satunya adalah penandatangan kontrak bisnis anak usaha, PT Elnusa Fabrikasi Konstruksi. Perusahaan ini baru saja melakukan penandatanganan kerjasama dengan  PT PT Tecnics Offshore Jaya pada Kamis (15/10).

Corporate Secretary PT Elnusa Fajriyah Usman menjelaskan, kontrak kerjasama tersebut menyangkut fabrikasi peralatan minyak dan gas. “Diantaranya adalah pembuatan gas compressor buatan atau produk Indonesia,”
ujar Fajriah pada KONTAN Jumat (16/10).

Ia mengklaim anak usaha Elnusa ini memiliki kompetensi mengerjakan proyek-proyek kerjasama seperti ini. Hanya saja Fajriah enggan memerinci berapa besar nilai proyek yang didapat oleh anak perusahaan ini.

Menurut dia, kerjasama ini tak semata menguntungkan secara finansial. Ia memandang kontrak seperti ini bisa menguntungkan bagi Elnusa secara group. Kerjasama ini bisa melengkapi kapabilitas anak perusahaan, yaitu Elnusa Fabrikasi Konstruksi.

Dengan bisnis fabrikasi, mereka juga bisa menerima transfer teknologi dan peralatan yang dimiliki oleh PT Tecnics Offshore Jaya. “Selain itu, kerjasama ini juga bisa meningkatkan local content atau kapabilitas nasional dalam pembuatan peralatan migas untuk Indonesia,” terang Fajriah.

Sebelumnya Fajriah juga menyatakan di tengah bisnis migas yang tengah lesu seperti sekarang, perusahaan ini tengah berupaya untuk mengembangkan bisnis secara non organik. Nah mumpung banyak perusahaan jasa migas yang memiliki bisnis sejenis dengan Elnusa yang sedang kesulitan, kondisi ini membuka ruang bagi Elnusa untuk menambah protofolio bisnis dengan cara akuisisi.

Elnusa merasa kondisi permodalan mereka saat ini masih cukup sehat, sehingga bisa bisa melakukan aksi akuisisi ini. Hanya saja manajemen perusahaan ini akan tetap berhati-hati dalam memilih perusahaan, agar bisa mendukung bisnis mereka.

Sekedar catatan, sepanjang semester I 2015 pendapatan ELSA hanya mencapai Rp 1,80 triliun. Pendapatan tersebut menurun 10,44% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 2,01 triliun.

Sedangkan laba bersih ELSA sepanjang semester I 2015 mencapai Rp 182,27 miliar. Laba tersebut menurun sebesar 27,14% dari laba semester I 2014 yang mencapai Rp 250,17 miliar.

Editor: Hendra Gunawan.

INILAHCOM, Jakarta – PT Elnusa Tbk (ELSA) mendirikan dua usaha baru bersama dengan anak usahanya yaitu PT Elnusa Patra Ritel (EPR).

Dua anak usaha tersebut adalah PT Elnusa Oilfield Services dan PT Elnusa Geosains Indonesia. Demikian mengutip keterbukaan informasi di BEI, Kamis (21/8/2014).

PT Elnusa Oilfield Services (EOS), perseroan memiliki kepemilikan 99,99%. Usaha baru ini bergerak di bidang drilling dan oilfield services di bidang jasa, perdagangan, pembangunan dan peindustrian. PT EOS memberikan jasa pendukung untuk perusahaan di sektor migas.

Sementara untuk PT Elnusa Geosains Indonesia (EGI) bergerak di bidang seismic services untuk jasa, perdagangan dan pembangunan. PT EGI memberikan jasa pendukung operasional kegiatan perusahaan di sektor migas.

 

Elnusa Akan Akuisisi Perusahaan Biodiesel US$15 Juta
Maftuh Ihsan – Senin, 10 Maret 2014, 14:50 WIB

RENCANA RAKSASA AKSI KORPORASI n ORGAN1K @biodiesel
Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan penyedia jasa energi PT Elnusa Tbk. (ELSA) berencana untuk mengakuisisi perusahaan pengolah biodiesel dengan nilai diperkirakan sekitar US$10 juta – US$15 juta.

Sri Nirbito, Division Head New Venture and Strategic Planning Elnusa, mengatakan rencana akuisisi tersebut dilakukan agar lini usaha perseroan di bidang biodiesel dapat segera mulai berproduksi tahun ini.

“Untuk produksi biodiesel kan tidak hanya butuh CPO saja. Butuh pabrik pengolahannya juga. Supaya lebih cepat rampung mungkin pakai akuisisi,” katanya, Senin (10/3/2014).

Kendati demikian, dia engga merinci lebih detail nama perusahaan dan nilai pasti perusahaan yang akan diakuisisi tersebut.

“Nilainya belum bisa disampaikan sekarang karena masih dalam proses, tetapi kisarannya US$10 juta – US$15 juta,” ujarnya.

Sebagai informasi, perseroan akan membentuk joint venture dengan salah satu perusahaan perkebunan yang juga melantai di bursa saham untuk mengembangkan bisnis biodiesel dengan nilai total investasi diproyeksi mencapai US$20juta atau sekitar Rp220 miliar.

Daerah yang akan dikembangkan adalah Sumatra Selatan. Pada tahap awal, perseroan akan memproduksi 100.000 kiloliter biodiesel.

“Kami sedang kaji teknologinya, feasibility study sudah berjalan. Mudah-mudahan bisa mulai jalan tahun ini,”katanya.

Editor : Rustam Agus

Elnusa Cari Pinjaman Rp840 Miliar
Maftuh Ihsan – Senin, 10 Maret 2014, 15:15 WIB

Bisnis.com, JAKARTA – Penyedia jasa energi PT Elnusa Tbk. (ELSA) tengah mengkaji untuk mencari pinjaman senilai US$840 miliar sebagai upaya membiayai kebutuhan belanja modal tahun ini Rp1,2 triliun.

Nurkholis, Vice President of Corporate Finance Elnusa, mengatakan 30% dari belanja modal yang dibutuhkan atau Rp360 miliar akan dibiayai melalui kas internal dan sisanya Rp840 miliar akan dicari melalui pinjaman bank.

“Debt to equity kami masih 0,9. perbankan kmasih memberikan ruang sampai 3 kali. Jadi capex masih dalam posisi aman,” katanya, Senin (10/3/2014).

Pihaknya juga mengklaim telah mendapatkan komitmen pembiayaan investasi melalui bank sindikasi, a.l. PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA). Namun, dia enggan menyebut detail pinjaman tersebut.

Selain itu, perseroan juga memiliki skema pembiayaan baru yaitu project financing. Skema ini pernah diperoleh dari Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd. senilai US$11,26 juta.

Pada 26 Februari 2014, fasilitas kredit berjangka (term loan) tersebut ditandatangani di Jakarta oleh Direktur Utama Elnusa Elia Massa dan General Manager Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd Yusuke Katsuta.

Fasilitas kredit tersebut bertenor 42 bulan — 60 bulan sejak tanggal penandatanganan kredit. Kredit berjangka ini akan digunakan untuk mendukung investasi satu unit accomodation work barge ‘Elnusa Samudra 8’ dan investasi satu Coiled Tubing Unit.

Editor : Rustam Agus

Elnusa Siapkan Rp400 Miliar Kembangkan Lini Usaha Baru
Maftuh Ihsan – Senin, 10 Maret 2014, 19:16 WIB

Bisnis.com, JAKARTA — Penyedia jasa energi PT Elnusa Tbk. (ELSA) menyiapkan Rp400 miliar untuk pengembangan tiga lini usaha baru yaitu biodiesel, marine support, dan logistik.

Nurkholis, Vice President of Corporate Finance Elnusa, menuturkan akan membentuk joint venture dengan salah satu perusahaan perkebunan yang juga melantai di bursa saham untuk mengembangkan bisnis biodiesel dengan nilai total investasi diproyeksi US$20juta atau sekitar Rp220 miliar.

Daerah yang akan dikembangkan adalah Sumatra Selatan. Pada tahap awal, perseroan akan memproduksi 100.000 kiloliter biodiesel.

“Kami sedang kaji teknologinya, feasibility study sudah berjalan. Mudah-mudahan bisa mulai jalan tahun ini,”katanya, Senin (10/3/2014).

Selain itu, perseroan juga tengah mengembangkan bisnis marine support dan logistik. Pengembangan tiga bisnis baru tersebut diharapkan bisa berkontribusi mencapai 35% dari total omzet perseroan pada 2015.

Dengan adanya ekspansi bisnis baru itu, perseroan juga memperkirakan pendapatan pada 2017 dapat menembus Rp7,8 triliun atau melesat 59% dari perolehan omzet pada tahun ini Rp5 triliun.

Editor : Rustam Agus

eL$A @$177 Jt … 301013_081215

JAKARTA kontan. Tatkala sektor minyak dan gas (migas) tengah tiarap, PT Elnusa Tbk masih optimistis mengantongi pertumbuhan laba bersih 15% tahun ini. Jika laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2014 sebesar Rp 412,43 miliar, berarti proyeksi laba bersih 2015 sekitar Rp 474,29 miliar.

Namun, target pertumbuhan kinerja bottom line itu dengan dua catatan. Pertama, Elnusa menyebutkan kinerja laba bersih tahun ini semuanya berasal dari pendapatan operasional. Kondisi tersebut berbeda dengan kinerja laba bersih tahun 2014 lalu yang tertopang pendapatan lain berupa penjualan aset.

Sebagai informasi, tahun lalu Elnusa menjual lahan di Jakarta senilai Rp 87 miliar. “Sebenarnya kalau dikurangi Rp 87 miliar itu, laba bersih kami naik karena tahun ini tidak ada extraordinary income,” terang Fajriyah Usman,  Vice President Corporate Secretary PT Elnusa Tbk kepada KONTAN, Minggu (6/12).

Kedua, Elnusa menghitung bakal ada beberapa proyek baru yang akan terealisasi pada akhir 2015. Beberapa proyek anyar itu bisa mereka catatkan sebagai pendapatan. Dus, ada potensi penambahan untuk pos laba bersih.

Meski telah membeberkan target laba bersih, Elnusa tak mau membeberkan target pendapatan 2015. Perusahaan berkode ELSA di Bursa Efek Indonesia itu menyadari tak bisa mengantongi pertumbuhan pendapatan signifikan ketimbang tahun 2014.

Manajemen Elnusa menyebutkan, situasi ‘tiarap’ di bisnis migas membikin perusahaan pertambangan tak bergairah melakukan eksplorasi. Padahal, kinerja Elnusa sangat bergantung pada aktivitas perusahaan pertambangan sebagai klien bisnis mereka. Elnusa menggeluti sejumlah jasa migas seperti survei lapangan migas, pengeboran dan servis lapangan migas.

Untuk itulah, Elnusa berupaya menggenjot jasa selain eksplorasi. “Mostly yang digalakkan ELSA itu sebenarnya lebih ke maintenance dari sumur–sumur gas yang sudah ada,” beber Fajriyah.

Selain itu, Elnusa juga menggelar strategi efisiensi dan mempercepat realisasi kontrak anyar. Harapan mereka, kinerja tahun depan lebih stabil.

Asal tahu saja, hingga akhir tahun 2015, Elnusa bakal mengantongi total kontrak senilai US$ 443 juta. Perinciannya, kontrak baru US$ 185 juta dan kontrak lawas atau carried over sebesar US$ 258 juta.

Dari total kontrak tersebut, Elnusa memastikan 40% di antaranya bisa mereka catatkan sebagai pendapatan operasional tahun 2015. Jadi, kalau dihitung bagian total kontrak yang masuk pos pendapatan Elnusa tahun ini sekitar US$ 177,2 juta.

Di samping kontrak di tangan, Elnusa juga tengah mengikuti beberapa tender di luar negeri. Mereka berharap bisa memenangi beberapa kontrak itu tahun depan.

Reporter Juwita Aldiani
Editor Hendra Gunawan

 

Elnusa Investasi US$ 400 Juta
Oleh Nurjoni | Rabu, 30 Oktober 2013 | 13:15
investor daily
JAKARTA – PT Elnusa Tbk menyiapkan investasi US$ 400 juta untuk pengembangan binsis dalam tiga hingga empat tahun ke depan. Investasi sebesar itu akan digunakan untuk pembelian peralatan guna mendukung bisnis inti perseroan di bidang jasa hulu minyak dan gas bumi (migas).

“Pada 2013 kami siapkan US$ 200 juta, sedangkan pada tahun 2014 hingga tiga tahun ke depan kita siapkan US$ 400 juta untuk investasi peralatan,” kata Presiden Direktuir PT Elnusa Elia Massa Manik kepada Investor Daily, di Jakarta, Selasa (29/10).

Massa mengatakan, peluang bisnis jasa hulu migas masih terbuka lebar dan pihaknya akan terus meningkatkan pangsa pasar perseroan yang saat ini baru mencapai 4% dari total belanja migas Rp 50 triliun. “Untuk meningkatkan pangsa pasar hingga mencapai 10% saja, kami butuh investasi sebesar US$ 400 juta,” ujar dia.

Dia mengungkapkan, peningkatan nilai investasi sebesar itu sekaligus untuk mengejar target laba bersih pada 2017 sebesar Rp 500 miliar. Sedangkan pada tahun ini perseroan menargetkan perolehan laba bersih Rp 138 miliar.
NERACA

Jakarta- Manajemen PT Elnusa Tbk (ELSA) mengaku telah mengantongi 85% dari target laba bersih yang dipatok perseroan tahun ini sebesar Rp138 miliar. Tercatat, laba bersih perseroan pada kuartal ketiga 2013 sebesar Rp117,8 miliar, naik 48% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 79,5 miliar. “Dengan laba bersih saat ini yang telah tercapai 85% dari target, kami sangat optimis target pada tahun ini dapat kami lampaui,” kata Vice President of Corporate Finance ELSA, Nurkholis di Jakarta, Selasa (29/10).

Menurut dia, pada periode ini, perseroan juga telah melunasi seluruh kredit modal kerja sehingga saldo utang bank perseroan (interest bearing debt) turun dari US$ 124 juta pada bulan Juni 2011 menjadi US$ 68 juta. Maka dengan pencapaian ini, kata dia, akan berdampak pada penurunan financing cost yang dapat mendukung pertumbuhan bisnis perseroan.

Total kas dan setara kas yang dicatatkan perseroan, sambung dia, juga tumbuh 70% menjadi Rp 1,33 triliun dari Rp 785 miliar, dengan kas bersih yang dihasilkan dari aktivitas operasi meningkat sebesar 69% menjadi Rp 650 miliar. Begitu juga dengan profit margin dari 11% menjadi 14% dengan pertumbuhan net profit margin dari sebelumnya berada di kisaran 2% menjadi 4%. “Penerapan selective customer dan selective project yang dikerjakan dengan fokus pada bisnis yang memiliki marjin tinggi dan ditunjang dengan implementasi operation excellence dan financial management telah mendorong tumbuhnya kinerja Perseroan tahun ini,” tuturnya.

Memang, dari data laporan keuangan kuartal ketiga 2013, perseroan menekan beban pokok pendapatan dengan penurunan sebesar 19% dari sebelumnya Rp 3,1 triliun menjadi Rp 2,5 triliun. Alhasil, meski pendapatan perseroan turun 16%, atau menjadi Rp 2,92 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,48 triliun, laba bersih perseroan cukup positif.

Salah satunya, pada jasa sub kontrak yang turun 30% menjadi Rp 683,56 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 983,6 miliar. Dengan penghematan tersebut, laba kotor yang dicatatkan perseroan naik 9% menjadi Rp 416,07 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 379,93 miliar.

Kontrak Baru

Informasinya, hingga Juni 2013 perseroan telah mengantongi kontrak senilai USid=”mce_marker”05 juta atau sekitar Rp1,17 triliun dari segmen jasa seismik atau eksplorasi. Sekitar 70% dari kontrak ini atau sekitar Rp819 miliar akan dibukukan untuk tahun 2014 mendatang, sedang 30% atau sekitar Rp351 miliar rupiah akan dibukukan sebagai pendapatan pada tahun ini.“Sampai dengan bulan Juni kita sudah mengumpulkan kontrak sekitar US$ 105 juta, itu termasuk carry over tahun lalu,” kata Direktur Utama Elnusa, Elia Massa.

Menurut dia, total kontrak yang telah didapatkan tersebut sudah termasuk carry over kontrak dari tahun 2012. Kontrak tersebut terdiri dari seismik zona transisi dan laut unit bisnis seismik darat. Proyek zona transisi yang cukup signifikan terletak di Kalimantan dan Papua. Sementara itu, proyek seismik darat yang besar tersebar di Sumatra Selatan dan Jawa Barat.

Dari perolehan kontrak jasa seismik ini, perseroan dinilai dapat mengamankan pendapatan tahun 2014 sebesar Rp819 miliar rupiah. Targetnya, perseroan dapat memperoleh kontrak baru hingga akhir tahun ini mencapai US$327 juta. Diperkirakan, pada tahun 2014 perseroan dapat mengumpulkan kontrak seismik sebesar USid=”mce_marker”60 juta hingga USid=”mce_marker”80 juta atau sekitar Rp1,78 triliun-Rp2,01 triliun, termasuk carry over pada tahun ini. (lia)

http://www.neraca.co.id/harian/article/34569/Raup.Laba.Rp1178.Miliar.Elnusa.Yakin.Lampaui.Target

Sumber : NERACA.CO.ID
Laba Bersih Konsolidasi Elnusa Naik 46,48% Di Kuartal III/2013, Ini Penyebabnya
Gita Arwana Cakti – Selasa, 29 Oktober 2013, 11:06 WIB

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten yang bergerak di bidang jasa hulu migas PT Elnusa Tbk membukukan pertumbuhan laba bersih konsolidasi signifikan 46,48% sepanjang 9 bulan pertama tahun ini.

Peningkatan laba bersih itu terjadi seiring dengan turunnya beban pokok pendapatan, lonjakan pendapatan bunga, serta diperolehnya laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III/2013 laba bersih perseroan tecatat Rp122,72 miliar, naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp83,78 miliar.

Pendapatan per September 2013 tercatat turun 16,09% menjadi Rp2,92 triliun dari Rp3,48 triliun. Namun, beban pokok pendapatan turun lebih besar yakni 19,35% menjadi Rp2,5 triliun dari Rp3,1 triliun. Akibatnya, laba kotor perseroan naik 9,51% menjadi Rp416,07 miliar dari Rp379,93 miliar.

Pada pos beban usaha, yang terdiri dari beban penjualan serta beban umum dan administrasi, juga tercatat naik 11,88% menjadi Rp208,05 miliar dari Rp185,96 miliar. Dengan demikian, laba usaha naik 7,24% menjadi Rp208,02 miliar dari Rp193,97 miliar.

Dalam laporan keuangan itu juga disebutkan kontribusi perolehan laba bersih berasal dari kenaikan pendapatan bunga 49,69% menjadi Rp11,99 miliar dari Rp8,01 miliar.

Selain itu, perseroan juga memperoleh laba bersih entitas asosiasi dan pengendalian bersama sebesar Rp1,09 miliar dari sebelumnya merugi Rp20,91 miliar.

Total aset perseroan tercatat Rp4,24 triliun dengan jumlah ekuitas Rp2,17 triliun dan jumlah liabilitas Rp2,07 triliun.
Tekan beban usaha, laba bersih ELSA mekar 48%
Oleh Dityasa H Forddanta – Selasa, 29 Oktober 2013 | 10:50 WIB

kontan

JAKARTA. Pendapatan PT Elnusa Tbk (ELSA) turun 16% di kuartal III menjadi Rp 2,92 triliun dari kuartal yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,48 triliun. Namun, berkat penghematan di pos beban pokok pendapatan, manajemen mampu mencetak pertumbuhan laba bersih positif.
Mengacu pada laporan keuangan ELSA yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (29/10),

beban pokok pendapatan ELSA turun

19% dari yang sebelumnya Rp 3,1 triliun menjadi Rp 2,5 triliun.
Jika dirinci lebih lanjut, penghematan terbesar yang dilakukan adalah, melalui pos jasa sub kontrak menjadi Rp 683,56 miliar per kuartal III 2013, turun 30% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 983,6 miliar.
Dengan penghematan itu, ELSA mencatat laba kotor Rp 416,07 miliar per kuartal III 2013. Angka ini naik 9% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 379,93 miliar.
Sementara itu, laba bersih di kuartal III naik 48% menjadi Rp 117,88 miliar, dari realisasi waktu yang tahun sama sebelumnya sebesar Rp 79,57 miliar.
Kenaikan bottom line itu mengerek laba bersih per saham dasar atau earning per share (EPS) ELSA naik 47% menjadi Rp 16,22 dari sebelumnya Rp 11,02 per saham.

Previous Older Entries