energi terbarukan: OMDO (10) … 310811

IEA: Solar Energy Could Produce Majority Of World’s Energy By 2060
Mamta Badkar | Aug. 29, 2011, 12:09 PM |
Solar generators could meet most of the global demand for power in the next 50 years according to the International Energy Agency (IEA), Bloomberg reported.
Photovoltaic plants and solar-thermal plants could meet most of the world’s electricity demand by 2060, and half of all energy needs.
The findings go beyond the IEA’s previous forecast which had said photovoltaic and solar energy would meet 21% of the world’s power needs by 2050.
Wind, hydropower and biomass plants would supply most of the remaining energy and greenhouse gas emissions would subsequently fall. Carbon dioxide emissions from the energy sector would fall to about 3 gigatons per year, compared with about 30 gigatons at current levels. More details are expected to be revealed at a conference in Germany this September.
Solar energy to boost Greek economy
Germany is pushing a €20 billion solar energy plan in Greece, according to ekathimerini. The investment plan called Project Helios will convert solar energy in the country through photovoltaic systems and export the energy across Western Europe. The project is expected to create 30,000 – 60,000 jobs in Greece.
The project involves installing photovoltaic panels with a total capacity of 10 gigawatts which would be about the same as the total capacity of Greece’s main electric company Public Power Corporation. The plan would however need about 77 square miles of public land.

Read more: http://www.businessinsider.com/solar-energy-global-electricity-demand-2060-2011-8#ixzz1WbfxcX8P

adaro ROGOH kocek, lage … 240811

Adaro Akuisisi Mustika Indah Permai USD222,5 Juta
Widi Agustian – Okezone
Selasa, 23 Agustus 2011 17:50 wib
okezone

JAKARTA – PT Adaro Energy Tbk (ADRO) melalui anak usahanya, PT Alam Tri Abadi telah menandatangani perjanjian jual beli saham untuk mengakuisisi 75 persen kepemilikan di PT Mustika Indah Permai (MIP) dari Elite Rich Investment Limited senilai USD222,5 juta.

MIP merupakan perusahaan pertambangan batu bara yang tengah mengembangkan proyek batu bara greenfield di Sumatera Selatan. MIP merupakan pemegang IUP selama 20 tahun yang berlaku sejak April 2010. Proyek pertambangan batu bara MIP memiliki luas area 2.000 hektare (ha).

“Investasi kami di MIP merupakan bagian dari upaya kami untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan dari batu bara Indonesia dan pencapaian visi kami untuk menjadi kelompok perusahaan tambang dan energi Indonesia yang terkemuka,” kata Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir dalam laporannya di keterbukaan informasi di BEI, Jakarta, Selasa (23/8/2011).

MIP merupakan salah satu dari beberapa peluang akuisisi, sejalan dengan pertumbuhan secara organik, akan memungkinkan Adaro Energy untuk mencapai kapasitas produksi 80 juta ton dalam jangka menengah.

Para penasihat dan tenaga ahli Adaro Energy mengunjungi lokasi proyek pada November 2010 dan kemudian melakukan program geologi dan pengeboran. Setelah proses tersebut dan studi menyeluruh lainnya dilakukan, Adaro Energy memutuskan untuk mengakuisisi kepemilikan mayoritas di MIP.

Adaro Energy telah melakukan evaluasi atas informasi geologi yang tersedia untuk MIP dan berpendapat bahwa MIP memiliki potensi pertambangan batu bara terbuka yang signifikan.

Geologi batu bara yang dimiliki oleh MIP cukup seragam. Struktur, ketebalan, serta kualitas lapisan batu baranya dianggap cukup baik yang ditunjukkan oleh densitas lubang bor, hal ini meyakinkan AE untuk melanjutkan pembelian area batu bara yang potensial ini. Meskipun sejumlah pekerjaan teknis masih perlu dilakukan sebelum pernyataan resmi mengenai jumlah sumber daya dan cadangan batu bara dapat dibuat.

Marston, sebuah konsultan pertambangan internasional telah melakukan studi rekayasa atas potensi batu bara yang menjadi dasar valuasi untuk proyek ini. Adaro Energy juga telah membuat sejumlah lubang bor sebagai bagian dari due diligence untuk memastikan ketebalan struktur dan kualitas dari lapisan batu bara yang memiliki potensi untuk ditambang sebelum menyelesaikan pembelian.

Pengeboran tambahan dan analisis batu bara yang dibutuhkan untuk memenuhi standar JORC direncanakan akan dilakukan dalam dua bulan mendatang, setelahnya pernyataan mengenai cadangan dan sumber daya sesuai dengan JORC akan diterbitkan.
(ade)

elsa MASEH memburu dananya … 230811

PT Elnusa Tbk (ELSA) kembali menjelaskan perkembangan permasalahan penempatan dana perseroan di PT Bank Mega Tbk (MEGA) kepada PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penjelasan tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Elnusa, Elia Massa, dalam laporannya di keterbukaan informasi BEI, Jakarta, Selasa (23/8/2011).

Elia menjelaskan, pada 4 Agustus 2011 telah dilakukan sidang lanjutan perkara nomor 284/PDT.G/2011/PN.JKT.SEL, Majelis Hakim mempersilakan kuasa hukum Elnusa dan Kuasa Hukum Bank Mega untuk menyerahkan jawaban masing-masing atas gugatan intervensi dari PT Discovery Indonesia kepada Majelis Hakim.

Kemudian pada 18 Agustus, Majelis Hakin memutuskan untuk tidak menerima atas gugatan intervensi yang diajukan oleh PT Discovery Indonesia sehubungan perkara nomor 284/PDT.G/2011/PN.JKT.SEL antara Elnusa dan Bank Mega.

Ini dilakukan dengan pertimbangan antara lain bahwa Gugatan Intervensi tersebut tidak memiliki keterkaitan dengan perkara nomor 284/PDT.G/2011/PN.JKT.SEL.

http://economy.okezone.com/read/2011/08/23/278/495280/inilah-updated-terbaru-perkembangan-kasus-elnusa-mega

Sumber : OKEZONE.COM

brau BERLABAAAAAuuuu :) :190811

Produksi Meningkat, Laba BRAU Melesat 270%
R Ghita Intan Permatasari – Okezone
Kamis, 18 Agustus 2011 17:01 wib
okezone

JAKARTA – PT Berau Coal Energi Tbk (BRAU) mencatatkan laba bersih di semester-I 2011 melonjak sebesar 270 persen atau mencapai USD90,3 juta dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu yang hanya mencapai USD24,4 juta.

Demikian disampaikan Presiden Direktur BRAU Rosan Perkasa Roeslani dalam siaran persnya, Jakarta, Kamis (18/8/2011).

Melonjaknya laba bersih tersebut dikarenakan meningkatnya pendapatan usaha sebesar 55,9 persen, yaitu mencapai USD729,06 juta dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu.

Peningkatan pendapatan perseroan yang signifikan tersebut, dipicu oleh kenaikan volume produksi dan penjualan batu bara perseroan. Pada semester I-2011, perseroan berhasil mencatatkan produksi sebesar sembilan juta metrik ton (mt) atau 14 persen lebih tinggi dari produksi pada periode yang sama tahun 2010 lalu, yang tercatat sebesar 7.9 juta mt.

“Peningkatan produksi tersebut menunjukkan komitmen perseroan untuk mencapai target produksi sebesar 20 juta mt hingga akhir 2011, lebih tinggi dari pencapaian 2010 lalu yang tercatat sebesar 17 juta mt. Peningkatan ini dicapai walau pun kondisi semester I, terutama di awal tahun biasanya kegiatan penambangan batu bara terkendala oleh karena curah hujan yang tinggi,” paparnya

Kenaikan pendapatan tersebut memberikan dampak positif terhadap pendapatan sebelum pajak, bunga serta amortisasi dan penyusutan (EBITDA) yang naik sebesar 95 persen jika dibandingkan dengan perolehan pada periode yang sama di tahun 2010 lalu. Pada semester I-2011 Perseroan berhasil mencatatkan EBITDA sebesar USD260,1 juta, sementara pada periode yang sama di tahun 2010, EBITDA tercatat sebesar USD133,5 juta.

Sementara itu, perseroan juga mengumumkan kenaikan cadangan batu bara (coal reserve) dan potensi batu bara (coal resource) yang dimiliki perseroan. Berdasarkan laporan penilaian yang baru diterbitkan, pada akhir 2010, posisi cadangan batu bara yang dimiliki perseroan adalah sebesar 467 juta ton atau naik dari posisi cadangan pada laporan penilaian sebelumnya di mana posisi cadangan batu bara yang dimiliki perseroan adalah sebesar 346 juta ton (posisi akhir 2009). Sebagian dari cadangan tersebut merupakan batu bara dengan nilai kalori yang tinggi (6100 Kcal). Sedangkan posisi potensi batu bara, berdasarkan laporan akhir 2010 tercatat sebesar sebesar 1,921 juta ton atau naik dari posisi potensi pada Desember 2009.

Peningkatan posisi cadangan dan potensi batu bara perseroan tersebut selaras dengan rencana perseroan untuk terus meningkatkan kapasitas produksi hingga mencapai 30 juta mt di tahun 2014 mendatang. Untuk mendukung rencana produksi tersebut, perseroan berencana melakukan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD450 – 475 juta, selama periode 2011-2014.

“Rencana-rencana tersebut menegaskan komitmen kami untuk menjadi perusahaan terkemuka, dengan terus tumbuh secara berkelanjutan dalam jangka panjang,” pungkasnya.

Keyakinan atas kinerja perseroan yang positif dan konsisten tersebut tercermin dari langkah Moodys menaikkan rating perseroan pada Mei 2011 lalu, dari semula B2, menjadi B1. Sementara Standard & Poors pada bulan yang sama menaikkan rating perseroan dari sebelumnya BB- menjadi B+.

(and)

minyaaa($83)aak … 190811

LONDON, Aug 18, 2011 (AFP)
Crude oil prices sank nearly $4 on Thursday, after a fresh plunge in global stock markets, as traders fretted over warnings about a new vicious recession that could slam demand for energy.

New York’s main contract, West Texas Intermediate (WTI) light sweet crude for delivery in September, shed a hefty $3.84 to $83.74 a barrel.

Brent North Sea crude for October delivery dropped $2.85 to $107.75 a barrel in late afternoon deals.

Global stocks slumped Thursday as more weak data fuelled concern that the world was heading for another recession, and after the US Federal Reserve reportedly expressed concerns over European banks’ liquidity.

Traders’ screens were awash with red, as Madrid, Milan and Paris equities plunged more than 6.0 percent, while London, Paris and Zurich shed more than 5.0 percent in a panicky sell-off.

Wall Street plunged by about 4.0 percent in opening trade on Thursday after investment bank Morgan Stanley warned that the United States and Europe were teetering on the brink of a new recession.

“Our revised forecasts show the US and the euro area hovering dangerously close to recession,” the US bank added in a new report which also slashed its growth forecasts.

The toxic cocktail of negative news sent gold flying to fresh records above $1,826 per ounce as investors sought the safe-haven precious metal, while oil slid even lower on worries about dwindling future demand for energy.

“We experienced another big sell-off in the global equity markets following fairly disappointing US economic data that currently weighs heavily in the oil market,” said oil analyst Myrto Sokou at the Sucden brokerage in London.

“Crude oil prices have been under pressure amid ongoing concerns about lack of US oil demand.

“Following the gloomy macroeconomic picture and the recent big builds in oil supplies, we expect crude oil prices to extend recent losses, with potential for WTI to retest the $75-$80 level in the coming weeks.”

Morgan Stanley meanwhile slashed its 2011 global growth estimate to 3.9 percent from 4.2 percent, and its 2012 forecast to 3.8 percent from 4.5 percent.

Adding to the market fears on Thursday, the US Federal Reserve Bank of Philadelphia said that manufacturing in the mid-Atlantic states took a sharp hit in August.

The bank said manufacturing activity “dipped significantly,” lowering its index to negative 30.7 in August from positive 3.2 in July.

Data showing that new claims for US unemployment insurance rose last week also spooked investors. The figures showed new claims rose to 408,000 — a gain of 9,000 from the previous week.

burs-rfj/boc

energi terbarukan: OMDO (?) … 180811

Korea Selatan Incar Biofuel Indonesia
Kamis, 18 Agustus 2011 | 14:50 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta – Korea Selatan sangat membutuhkan bahan bakar minyak nabati guna memenuhi target peningkatan porsi energi bersih hingga lima kali lipat konsumsi saat ini pada 2030. Untuk memenuhi kebutuhan itu, Negeri Ginseng tersebut membidik Indonesia yang kaya akan sumber daya nabati sebagai salah satu pusat pengembangan dan produksi biofuel.

Kepala Bioenergy Research Center, Korean Institute of Energy Research, Jin-Suk Lee, mengatakan pemerintah Korea memahami permasalahan pemanasan global yang dihadapi masyarakat dunia. Pengurangan jejak karbon menjadi perhatian besar pemerintah. Salah satunya terletak pada sektor transportasi yang berkontribusi signifikan dalam pelepasan gas rumah kaca.

Alat transportasi yang ada di dunia selalu mementingkan mobilitas dalam setiap perancangannya. Batasan ini membuat pengurangan emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi tak memiliki banyak pilihan energi alternatif.

“Bahan bakar nabati adalah satu-satunya pilihan energi bersih bagi kendaraan,” ujar Lee saat berceramah di Gedung Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2011.

Hingga 2030, Negeri Ginseng berharap bisa menggenjot penggunaan bahan bakar nabati yang saat ini mencapai 20 persen konsumsi energi nasional mereka. Sayangnya, negara itu miskin akan bahan baku energi, termasuk bahan baku nabati. Sekitar 90 persen bahan bakar berasal dari impor sehingga pencarian dan penelitian bahan bakar nabati harus dilakukan di luar negeri.

Indonesia menjadi negara bidikan Korea Selatan sebagai sumber bahan baku nabati dan lokasi penelitian. Sejak 2010, pemerintah Korea Selatan mengucurkan hibah penelitian sebesar US$ 2,2 juta untuk dana penelitian dan US$ 500 ribu untuk pembangunan laboratorium penelitian di Serpong. Hibah ini dikucurkan untuk kurun waktu tiga tahun berikutnya.

Penelitian di Indonesia berfokus pada pencarian bahan bakar nabati dari bahan selain pangan. Bahan bakar nabati seperti ini sedang menjadi perbincangan peneliti energi dunia setelah bahan bakar nabati dari bahan pangan menjadi mahal akibat tertekan lonjakan harga bahan makanan.

Proyek penelitian yang sudah setengah jalan ini berjalan dengan baik. Pabrik pengolahan dan produksi bahan bakar nabati nonpangan sudah hampir rampung. Demikian pula dengan peneliti dan operator yang sebagian besar ditarik dari tenaga Indonesia sudah matang untuk menjalankan pabrik. Pada tahun 2012, pabrik perintis bahan bakar nabati nonpangan ini akan beroperasi penuh.

“Pada tahun 2030, konsumsi bahan bakar nabati kami melebihi 1 juta kilo liter per tahun. Sumber ini harus kami kami penuhi, termasuk dengan menyokong pengembangan energi alternatif ini,” kata dia.

Korea Selatan sendiri mendukung penggunaan bahan bakar nabati habis-habisan, di antarannya dengan membuat pembebasan pajak bagi masyarakat yang menggunakan bahan bakar ini. Selain itu, paket subsidi juga sedang digodok agar semakin banyak masyarakat mengkonsumsi bahan bakar ramah lingkungan.

Di Indonesia, pemerintah masih kurang serius menggarap bahan bakar nabati. Kebijakan energi nasional yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2005 menargetkan 17 persen energi baru terbarukan menyumbang keseluruhan konsumsi energi nasional pada tahun 2025. Dari porsi tersebut, hanya 5 persen yang ditargetkan dari bahan bakar nabati.

Menurut anggota Dewan Energi Nasional Mukhtasor, kebijakan energi alternatif di Indonesia masih terkendala permasalahan harga dan birokrasi. Tingginya subsidi yang diberikan kepada bahan bakar minyak membuat harga bahan bahar nabati sulit bersaing. Sementara peta bauran energi nasional masih tersangkut pada polemik bahan bakar nuklir.

“Energi nuklir masih jadi perdebatan sehingga menghambat perjalanan energi alternatif lainnya,” kata Mukhtasor pada kesempatan terpisah.

Di Indonesia, tambah Mukhtasor, kesadaran bahan bakar nabati pernah meningkat pesat dalam kurun waktu 2006-2007. Namun, setelah masa keemasan tersebut, pemakaian bahan bakar ramah lingkungan ini menurun drastis.

ANTON WILLIAM

brau BERlaba … 180811

BRAU membukukan laba bersih sebesar US$ 90,3 juta atau naik 270,3% dibandingkan periode sama tahun lalu. Peningkatan tersebut disebabkan kenaikan harga jual rata-rata sebesar 30.8%. Sejalan dengan itu, perseroan berhasil menemukan cadangan baru sekitar 140 juta ton di Sambarata dengan kadar kalori tinggi di kisaran 6,100 kkal.

Sumber : IPS RESEARCH

yang diYakini: adro … 170811

BORN dan ADRO Siap Kawal IHSG ke Level 4.005

Oleh: Ahmad Munjin
Pasar Modal – Selasa, 16 Agustus 2011 | 12:17 WIB

INILAH.COM, Jakarta – Dengan kenaikan laba bersih yang signifikan, saham BORN dan ADRO diprediksi bakal membawa IHSG ke level 4.005. Syaratnya, bursa regional mendukung dan minyak mencapai US$90 per barel.

Analis Sekuritas Ekokapital Cece Ridwanullah mengatakan, sejauh ini, saham-saham di sektor batu bara masih sedikit mengalami tekanan. Meskipun, hari ini harga minyak mentah dunia naik ke level US$87 per barel. Hanya saja, belum menyentuh US$90 per barel.

“ Jika sudah menyentuh level US$90, saham-saham seperti BORN (PT Borneo Lumbung Energi) dan ADRO (PT Adaro Energy) yang mencatatkan laba bersih signifikan pada kuartal II/2011 akan membawa indeks ke level 4.005,” katanya kepada INILAH.COM, di Jakarta, Selasa (16/8).

Cece berkeyakinan, hal itu akan menjadi kenyataan jika bursa regional mendukung dan harga minyak bisa menyentuh US$90 per barel. Laba bersih ADRO naik 103% pada kuatal II/20011 sedangkan BORN mencatatkan kenaikan laba bersih yang dahsyat sebesar 3.904%.

Di sisi lain, lanjutnya, penguatan indeks juga mendapat dukungan dari Menteri Keuangan Agus Martowardojo yang kemarin mengumumkan adanya lima sektor yang menerima tax holiday yakni pembebasan PPh badan 5-10 tahun.

Kelima sektor tersebut adalah industri logam dasar, industri pengolahan minyak bumi dan gas, industri permesinan, industri sumber daya terbarukan, dan industri peralatan telekomunikasi. Menurut Cece, ini juga akan membawa indeks naik ke atas. “Apalagi, jika tax holiday juga diberlakukan pada sektor-sektor lain yang kebanyakan masuk di bursa seperti batu bara, tambang, dan Crude Palm Oil (CPO),” ungkapnya.

Asal tahu saja, pemerintah telah menetapkan lima sektor industri yang memenuhi kriteria pionir sebagai penerima fasilitas pembebasan pajak penghasilan (PPh) atau tax holiday. Pemerintah juga menetapkan sebanyak 128 bidang usaha tertentu di wilayah tertentu akan mendapatkan fasilitas keringanan PPh atau tax allowance.

Pemberian fasilitas tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No 62/2008 sebagai revisi PP No 1/2007 tentang Fasilitas PPh untuk Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan Wilayah Tertentu.

LABA @adro, naek … 160811

PT Adaro Energy Tbk (ADRO) mencatat laba bersih US$ 268 juta, meningkat 103,8% dari periode yang sama tahun lalu US$ 132 juta. Peningkatan laba tidak lepas dari kenaikan volume produksi dan harga jual rata-rata batubara.

“Kinerja operasional yang sangat baik, terutama pada kuartal II 2011, serta kenaikan realisasi harga karena prospek batubara yang bagus. Kami pun berada pada jalur yang tepat untuk mencapai target produksi batubara tahun 2011 sebesar 46-48 juta ton dan EBITDA sebesar US$ 1,1-1,3 miliar.” jelas Presiden Direktur Adaro Energy, Garibaldi Thohir, dalam rilis yang dipublikasikan seperti dikutip detikFinance, Selasa (16/8/2011).

Pendapatan usaha bersih perseroan memang mencatat peningkatan 35,8% menjadi US$ 1,771 miliar hingga Juni 2011, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, US$ 1,304 miliar. Beban pendapatan juga meningkat menjadi US$ 1,17 miliar, dari sebelumnya US$ 875 juta.

Meski beban meningkat, kinerja ADRO tetap apik dengan pencapaian laba kotor dan laba usaha masing-masing US$ 595 juta dan US$ 537 juta. Marjin laba kotor dan marjin laba usaha juga meningkat masing-masing 33,6% dan 30,3%.

Thohir mencatat hingga akhir Juni tahun 2011, total aset perusahaan batu bara ini mencapai US$ 4,98 miliar naik 14,9% dari periode yang sama tahun lalu US$ 4,34 miliar. Dimana kewajiban di semester I mencapai US$ 2,75 miliar, naik 15,2% dari periode yang sama 2010, US$ 2,39 miliar.

Ia menambahkan, Adaro Energy sepanjang Januari hingga Juni 2011 merealisasikan produksi batu bara 22,81 juta ton, naik 5,5% dari periode sebelumnya 21,62 juta ton. Kenaikan lebih besar terlihat pada penjualan batu bara. Dimana hingga Juni, ADRO berhasil meningkatkan volume penjualan 10,4% dari 21,75 juta ton menjadi 24,02 juta ton.

“Harga jual rata-rata naik sebesar 23% akibat dari kenaikan harga batubara thermal. Sementara itu, biaya kas (tidak termasuk royalti) meningkat 23% menjadi US$ 40 per ton karena kenaikan pada nisbah kupas yang direncanakan, jarak angkut lapisan penutup yang lebih jauh, dan kenaikan biaya bahan bakar. Namun, EBITDA pun melonjak 37% hingga mencapai rekor tertinggi AS$626 juta dan kami dapat mempertahankan marjin EBITDA sebesar 35%,” tuturnya.

“Kenaikan laba bersih juga ditopang oleh keuntungan selisih kurs sebesar US$ 13,2 juta dan tidak adanya amortisasi goodwill dibandingkan periode yang sama tahun lalu, US$ 26,6 juta,” tegasnya.

Sumber: detikcom
Adaro Energy profit rose double in first half on higher price

Oleh Ratna Arianti

Senin, 15 Agustus 2011 | 19:25 WIB

bisnis indonesia

JAKARTA: Indonesia’s second largest thermal coal miner PT Adaro Energy Tbk’s net income for the first-half of the year rose two-fold, thanks to higher production volume combined with higher average selling price. The company, in a press release published today, said its net income reached US$267.78 million or US$0.0084 a share from US$131.48 million or US$0.00411. The strong net income was bolstered by higher production volume combined with higher average selling price, despite an increase in the cost of revenue. In addition to the higher production volume and average selling price, the increase in net income is also a result of a foreign exchange gain of US$13.2 million and no goodwill amortization, compared to the US$26.6 million amortization incurred during the same period of last year. The company’s net revenue increased 36% to US$1.8 billion, while cost of revenue increased at a lesser rate of 34% to US$1.2 billion. Adaro Energy’s President Director, Mr. Garibaldi Thohir said that the outlook for coal remains robust and the company remains on track to achieve our full year production target of 46-48 million tones. “We had a record quarterly performance during the second quarter of 2011 due to the arrival of new and larger heavy equipment combined with our contractors’ good performance,” said Thohir. Adaro’s production and sales volume for the first half of 2011 increased 5.5% and 10.4% to 22.81 million tones and 24.02 million tones, respectively, compared to a year earlier. The company’s average selling price climbed 23% due to higher thermal coal prices. Meanwhile, its cash cost excluding royalty increased 23% to US$40 per ton due to the higher planned strip ratio, longer overburden hauling distances and rising fuel costs. The ADRO-coded stock jumped 1.08%, or IDR25, to IDR2,350 at the closing session in Jakarta trading today. (msw)

PT Adaro Energy Tbk (ADRO) membukukan laba bersih pada Quarter 2 2011 sebesar 2,30 triliun. Hal ini lebih baik bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2010 sebesar 1,15 triliun. Dengan demikian, laba bersih per saham setara dengan Rp 72.04 per lembar.

Berikut Laporan keuangan ADRO Quarter 2 2011 :

Last Price 2,375
Share Out. 32.0 B
Market Cap. 75966.7 B

Balance Sheet
Cash 5226.1 B
Total Asset 42865.2 B
S.T. Borrowing 1200.9 B
L.T. Borrowing 12901.0 B
Total Equity 19175.7 B

Income Statement
Revenue 15223.6 B
Gross Profit 5115.0 B
Operating Profit 4618.6 B
Net. Profit 2302.1 B
EBITDA 4618.6 B
Interest Expense 520.0 B

Ratio
EPS 72.04
PER 32.97x
BVPS 599.5
PBV 3.96x
ROA 5.37%
ROE 12.01%
EV/EBITDA 18.37
Debt/Equity 0.74
Debt/TotalCap 0.42
Debt/EBITDA 3.05
EBITDA/IntExps 8.88

Sumber : IPS RESEARCH

gugatan @elsa … 120811

Elnusa Petrofin kena gugatan
Oleh Erwin Tambunan

bisnis indonesia

Published On: 11 August 2011

JAKARTA :Pemasok ban untuk keperluan PT Elnusa Petrofin Pare-Pare menggugat perusahaan tersebut membayar ganti rugi materiel dan immateriel sebesar Rp1,33 miliar karena melakukan perbuatan ingkar janji.

“Penggugat telah memasok bank merk Dunlop sebanyak 235 unit yang nilainya Rp423 miliar dengan harga Rp1,8 juta per unitnya. Namun masih ada sisa pembayaran sebesar Rp303 juta yang belum dibayar Tergugat II, PT Elnusa Petrofin Pare-Pare,” kata Kuasa Hukum Murtati, Jimmy Andarias Suman yang membacakan gugatannya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, hari ini.

Pemasok ban itu juga menggugat PT Elnusa Petrofin sebagai Tergugat I yang berkantor pusat di Graha Elnusa lantai 12 Jl.TB.Simatupang Kav.1 B Cilandak, Jakarta Selatan.

Menurut Penggugat, Tergugat II memang sempat melakukan pembayaran pertama melalui giro bilyet sebesar Rp20 juta pada 17 Junuari 2011. Pembayaran ketiga pada 6 Februari 2011. Namun giro No.234426, ternyata tidak ada dananya. Pembayaran ketiga dan keempat dilakukan dengan setoran ATM Mandiri No.126-00-0428895-6 pada 25 Februari 2011 dan 12 Maret 2011 yang nilainya masing-masing Rp50 juta.

Tergugat I, kata Penggugat, kemudian menolak melaksanakan kewajiban membayar utangnya dengan alasan prosedur pembelian ban tersebut tidak sesuai dengan cara baku di PT Elnusa Petrofin Jakarta atau Tergugat I tidak mau bertanggung jawab atas kewajiban pembayaran utang tersebut.

Dalil Tergugat I yang melemparkan tanggung jawab pembayaran utang kepada pemimpin cabang yang sebelumnya, Utomo yang tidak menjabat di perusahaan itu lagi merupakan alasan yang tidak masuk akal. “Padahal barang-barang milik Penggugat berupa ban merek Dunlop telah habis digunakan untuk kepentingan para Tergugat di daerah Pare-Pare.”

Tanggung jawab pembayaran kepada pemimpin cabang yang teklah keluar dari perusahaan itu merupakan tindakan yang keliru. “Karena Penggugat tidak berurusan secara pribadi dengan Pak Utomo, tetapi dengan PT Elnusa Petrofin sebagai suatu perseroan.”

Penggugat telah berkali-kali meminta pembayaran kepada Tergugat I, akan tetapi Tergugat I selalu mengelak dengan alasan yang tidak masuk akal. “Apabila ada persoalan intern antara para Tergugat resikonya jangan dibebankan kepada Penggugat.”

Majelis hakim menunda sidang hingga 15 September 2011 karena Kuasa Hukum Tergugat I dan Tergugat II tidak menghadiri sidang pembacaan gugatan oleh Penggugat. (faa)

Previous Older Entries